Suara.com - Tak ada prasangka apa-apa ketika Suara.com memasuki hotel Jiragonno Fuji No Yakata, yang menjadi tempat menginap rombongan wartawan "Smartfren International Roaming - Japan Experience" saat berada di kawasan kaki Gunung Fuji. Hotel yang memiliki onsen atau pemandian air panas publik itu hanya terkesan tua namun terawat. Ada satu lorong berdinding kaca yang menghubungkan antara lobi dan lift yang selalu remang-remang, meski area di antaranya terang benderang.
Keesokan harinya, kami baru sadar kalau ternyata tepat di samping hotel ini ada sebuah hutan yang cantik. Kebetulan, dini harinya turun salju, sehingga pohon-pohon yang tinggi dan ramping tersebut tampak semakin cantik dengan sisa salju di ranting yang tampak seperti butiran garam. Tentu saja hutan tersebut langsung menjadi spot selfie untuk Suara.com dan beberapa wartawan lainnya.
Ternyata, hutan tersebut cukup luas. Sepanjang perjalanan dari hotel menuju Iyashino Sato Nemba, kami masih bisa melihat hutan tersebut di sepanjang pinggir jalan yang dilalui. Di perjalanan itulah kami baru tahu kalau hutan cantik tempat foto selfie kami tadi adalah Aokigahara, hutan bunuh diri yang namanya sudah terkenal di seluruh dunia.
Baca Juga: Lakukan Percobaan Bunuh Diri, Aida Saskia: Aku Bipolar
Dalam bahasa Jepang, Aokigahara berarti 'lautan pohon di Gunung Fuji. Konon, jika angin meniup pepohonan di sana, terlihat seperti ombak di laut. Hutan yang diperkirakan berusia sekitar 1200 tahun ini dikenal sebagai tempat bunuh diri populer di Jepang karena 'murah'.
Kenapa disebut murah?