Suara.com - Bidang politik memang terkesan maskulin, karena mayoritas pelakunya adalah laki-laki, dengan usia yang terbilang senior.
Masih sedikit sekali angka anak muda yang bersedia terjun ke dalamnya. Jika pun ada sebagian laki-laki, sedangkan para perempuan akan berpikir berulang kali untuk ikut andil.
Bukan karena tidak mampu, tapi lebih kepada anggapan negatif banyak orang, perempuan muda dipandang belum mumpuni dan sikapnya yang belum dewasa secara politik.
Stigma itu diakui politisi muda Tsamara Amany yang dinilainya sangat kencang menerpa dirinya.
Baca Juga: Pengamat: Politisi Perempuan Rentan Dicurangi
"Sapaan akrabnya tuh, 'dinda, sini abang ajarkan'. Itu kalau dipanggil seperti itu, di satu sisi di mana merendahkannya jadi keabangan," ujar perempuan bernama lengkap Tsamara Amany Alatas dalam acara diskusi 'Generation Equality' di Auditorium IFI, Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (9/12/2019)
Tsamara Amany juga menyoroti, saat perempuan misalnya berhasil menduduki parlemen atau menduduki satu jabatan di pemerintahan, yang dilihat bukanlah prestasi, melainkan hanya faktor keberuntungan yang kuat atau mengandalkan relasi, maupun memanfaatkan faktor keluarga.
"Di sisi lain politisi lain melihat politisi perempuan rendah, ketika ada satu dua perempuan berhasil disebut beruntung. Bukan kompeten, tapi beruntung. Meski sudah duduk di satu meja tetap saja lebih rendah," kata Tsamara Amany.
Sayangnya, di tengah terpaan negatif atau stigma buruk tersebut. Perempuan masih menghadapi dilema dengan perempuan yang lainnya, yang malah ikut merendahkan.
Seperti rancangan undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS), yang bertujuan melindungi perempuan, tapi kata Tsamara Amany justru dianggap sebagai menggeser pemahaman adat ketimuran menjadi liberal.
Baca Juga: Politisi Perempuan Inggris Pernah Terima Ancaman Sebelum Dibunuh
"Kadang kalau masih serang idenya sih masih oke kan, atau misalnya kita mendukung rancangan UU kekerasan seksual. Itu kita bicara soal medical yang kemarin ramai kira-kira jadi perbedabatan," terang Tsamara.
Tapi, nahasnya yang terjadi sebagai perempuan, Tsamara mengaku diserang habis-habisan oleh para warga internet di media sosial. Bahkan, parahnya ancaman hingga hendak memutilasi dan menyumpahinya dengan kata-kata kejam, yang cukup membuatnya bergidik ngeri.
"Bahkan yang terakhir suami saya kaget, karena dia baru dapat message dan dia mikir, karena dia bukan orang politik. Enggak pernah dia baca message sejahat itu, dia bilang isi massage itu: 'Wah, kalau saya punya istri seperti Tsamara sudah saya mutilasi' dan itu keluar dari seorang laki-laki," ungkapnya
"Saya tidak mau percaya tapi saya mikir memang ada kebencian terhadap perempuan," sambungnya.