Suara.com - Kedai Kopi Sedang Hits, Benarkah Bikin Teh Lokal Tidak Lagi Diminati?
Indonesia saat ini sedang menjamur beragam kedai kopi dengan berbagai menu dan kreasi yang ada. Sadar atau tidak hal ini membuat kopi semakin diminati banyak orang.
Tapi benarkah, tren ini memicu ladang perkebunan teh beralih fungsi menjadi kebun kopi? Apakah hal ini memengaruhi pemasukan para petani teh dan omset pabrik teh lokal?
"Kalau dilihat dengan di masyarakat kayanya begitu. Makanya kita harus meningkatkan mutu dan kualitas dan SDM, kemudian SDM, kinerja, kita mau nggak mau harus berkontribusi dengan perusahaan," ujar Fransiscus Pantur, Petugas Pengepakan dan Pengawas Pabrik Teh Sukawana dalam Trip bersama Agoda Indonesia di Lembang, Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/11/2019).
Baca Juga: Betrand Peto Hanya Konsumsi Teh Manis saat Kecil, Adakah Efek Sampingnya?
Meski ada perubahan tren dari teh ke kopi, Fransiscus selalu percaya jika teh punya marketnya sendiri. Jadi customer tidak akan mudah hilang, karena ada penggemarnya itu sendiri.
"Kalau itu kita tidak takut (kalah dengan kopi), kita lihat tetap ada seller masyarakat masing-masing ada komoditas teh khusus," ungkapnya.
Bukan hanya perubahan tren, di mana teh tidak sedang menjadi primadona di Indonesia. Musim kemarau berkepanjangan secara langsung berdampak pada produksi teh itu sendiri.
"Produksi kita itu turun, dari yang biasanya 10 atau 8 ton, itu turun sampai 2 ton atau satu ton setengah," ungkap Fransiscus.
Kalau sudah begini, alhasil pihak pabrik tidak bisa membayar gaji para karyawan. Lalu petani atau pekerja lepaslah yang menjadi korban karena produksi teh yang menurun. Ada juga biaya bagi karyawan yang berdinas karena berstatus karyawan tetap, jadi tetap harus dibayar meski tidak ada pekerjaan.
Baca Juga: Bantu Tidur Nyenyak, Ini 4 Pilihan Teh Terbaik yang Bisa Anda Nikmati
"Biasanya masuk kemarau (dampaknya) 3 bulan kemudian. Misalnya April musim kemarau, Agustus produksi dia udah menurun," jelasnya.