Suara.com - Ektropion serviks atau erosi serviks, biasanya tidak menjadi masalah kesehatan. Namun, beberapa orang mungkin khawatir itu adalah kanker serviks tahap awal.
Dilansir dari Medical News Today, erosi serviks bukanlah kondisi berbahaya. Erosi serviks sendiri adalah kondisi ginekologis umum yang tidak memiliki hubungan dengan kanker serviks atau masalah kesehatan yang menyebabkan kanker.
Kondisi ini biasanya sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan, dan banyak orang bahkan mungkin tidak tahu mereka memilikinya.
Bagian luar serviks, atau bagian vagina, dan bagian dalam, atau kanal serviks, mengandung sel yang berbeda. Biasanya, bagian dalam serviks mengandung sel kelenjar lunak atau sel epitel kolumnar.
Baca Juga: Mahasiwi UI Temukan Manfaat Racun Ikan Lionfish untuk Obat Kanker Serviks
Dokter menyebut sel-sel keras di bagian luar serviks sebagai sel epitel skuamosa. Erosi serviks terjadi ketika sel-sel kelenjar berkembang di bagian luar serviks. Beberapa gejala erosi serviks yang mungkin dialami wanita antara lain :
- Rasa sakit dan perdarahan selama atau setelah berhubungan seks
- Nyeri selama atau setelah skrining serviks
- Debit lendir yang ringan
- Bercak antar periode
Untuk penyebab erosi serviks sendiri ada beberapa macam, yakni :
Erosi serviks dapat terjadi karena fluktuasi kadar hormon. Ini paling umum pada orang-orang masih dalam usia reproduksi. Individu yang sudah mengalami menopause jarang mendapatkan erosi serviks.
2. Mengonsumsi pil kontrasepsi
Baca Juga: Pil KB Tingkatkan Risiko Kanker Payudara dan Kanker Serviks? Ini Faktanya!
Mengambil pil KB akan memeengaruhi kadar hormon dan dapat menyebabkan erosi serviks.
3. Kehamilan
Hamil juga dapat menyebabkan erosi serviks karena perubahan kadar hormon.
4. Umur
Orang yang lebih muda dan mengalami pubertas memiliki risiko erosi serviks lebih tinggi.
Meski cenderung tidak berbahaya, erosi serviks tetap tidak boleh disepelekan. Segera kunjungi dokter apabila gejalanya sudah lebih dari mengkhawatirkan sampai mengganggu aktivitas.