Cara Bedakan Kuliner Nasi Merah Khas Kampung Punclut dengan Nasi Tinta Cumi

Rabu, 27 November 2019 | 11:44 WIB
Cara Bedakan Kuliner Nasi Merah Khas Kampung Punclut dengan Nasi Tinta Cumi
Ilustrasi Nasi merah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Cara Bedakan Kuliner Nasi Merah Khas Punclut dengan Nasi Tinta Cumi

Nasi merah memang salah satu makanan andalan bagi yang sedang berdiet, karena kandungan seratnya yang  berefek mengenyangkan.

Uniknya, ternyata orang sunda khususnya penduduk Kampung Punclut di Bandung Barat nasi merah sudah jadi makanan khas, bahkan diperjualbelikan sebagai sajian kuliner kepada wisatawan.

Tapi, sayangnya nih, banyak pedagang yang cukup nakal dengan memasukkan tinta cumi, sehingga nampak seperti nasi merah. Terus, bagaimana cara agar tidak tertipu dan membedakan antara nasi merah asli dan nasi dari tinta cumi?

Baca Juga: Liburan ke Kota Hujan, Ini Rekomendasi 3 Kuliner Favorit Jokowi

Kang Ijal, Budayawan Sunda [Suara.com/Dini]
Kang Ijal, Budayawan Sunda [Suara.com/Dini]

"Pertama keset, dari teksturnya lebih kasar. Sedangkan kalau nasi merah pakai tinta cumi, dia kaya nasi di restoran cepat saji padat dan lengket, karena dicampur air, pas makan juga nikmatnya beda, kalau nasi merah lebih cepet kenyang, kalau nasi cumi beda aja," ujar Kang Ijal, Pengamat Budaya Sunda di Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/11/2019)

Belum juga saat si nasi terkena lauk pauk yang berkuah warna nasi langsung memudar, sedangkan nasi merah sungguhan warna tidak akan hilang. Jadi harus pintar-pintar membedakan, meskipun tidak masalah dengan kesehatan tapi manfaat yang didapatkan akan berbeda.

Sementara itu, Punclut sendiri memang jadi kawasan dengan banyak tempat makan mengingat tempatnya di ketinggian dan cuacanya yang dingin. Belum lagi pemandangan selayaknya bintang di langit akan memanjakan mata saat melihat ke arah bawah perkotaan.

Sebanyak ratusan rumah makan berjajar di pinggir jalan di kawasan Punclut siap menyambut pengunjung. Bahkan saat tiba bulan Ramadan, kawasan ini akan sangat padat dan ramai, karena banyak warga berlomba-lomba mengadakan buka bersama di lokasi ini.

"Apalagi buka puasanya di sini pasti macet, waktu itu malem minggu saking banyak buka bareng, dibikin satu arah dari jam 5 sore sampai jam 6 sore, jam 8 baru dibuka jalur turun, kalau nggak gitu kendaraan abis kopling dan mundur, karena medannya yang menanjak," tutupnya.

Baca Juga: GoFood Indonesia dan Parekraf RI Luncurkan 'Petualangan Kuliner'

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI