Suara.com - Tersohor sebagai wisata kampung batik, Kampung Laweyan, Surakarta, Solo, Jawa Tengah, menyimpan perjalanan panjang cerita sejarah yang dimulai sejak abad pertengahan hingga kerajaan. Gang-gang sempit yang diapit dinding-dinding setinggi lima meter akan membawa pengunjung dihantui rasa penasaran tentang apa yang ada di baliknya.
"Kampung Batik Laweyan menyimpan kekayaan arsitektur Jawa Kuno peninggalan kejayaan kerajaan Majapahit. Bangunan khas dari rumah-rumah penduduk kampung Laweyan terletak pada pintu besar dengan desain unik yang kaya unsur filosofi dan seni. Sebagian besar rumah-rumah penduduk di sini masih meninggalkan bagian orisinil masa lampau, terutama pintu. Meski sebagian besar di dalamnya telah mengalami direnovasi," Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Alpha Fabela Priyatmono, kepada Suara.com di Solo, Jawa Tengah.
Namun, sambungnya, di antara tiga blok rumah-rumah yang berjejer di lahan seluas kurang lebih 24 hektar ini, masih terimpan sebuah rumah kuno yang masih amat terjaga keasliannya. Boleh dibilang, 99 persen rumah yang dihuni oleh generasi penerus ini masih asli.
"Satu-satunya rumah yang masih orisinil ini, secara teknik arsitektur dibangun tanpa paku. Zaman dulu untuk mengaitkan kayu-kayu berbahan jati tua ini adalah dengan teknik pasak. Canggihnya, meski hanya dengan teknik pasak bangunan rumah ini sangat kuat," paparnya.
Baca Juga: Hari Batik Nasional 2019, Yuk Wisata Ke-5 Kampung Batik di Indonesia Ini!
Rumah dengan cat berwarna putih tanpa jendela di dalamnya ini menyimpan prasati-prasasti tua. Lantainya pun masih batu bata buatan masa lampau yang tak diganti keramik olah sang tuan rumah.
"Kecanggihan teknik arsitektur zaman dulu juga bisa dilihat dari sistem kunci pintu. Kunci pintu gerbang besar tua di sini tidak menggunakan kunci yang seperti yang ada saat ini. Tetapi dibuat dengan sistem geser, dengan cara mengunci dan membuka yang berbeda. Ada bagian rahasia yang hanya diketahui pemilik rumah untuk membuka pintu mereka," sambungnya.
Selain rumah tua yang masih orisinil, keunikan lain dari kampung Laweyan adalah bangunan tua bergaya arsitektur Eropa yang selaras dengan hunian masyarakat Jawa berkonsep Jawa dengan bentuk limasan dan beragam desain pintu.
Pada masa kerajaan, kata Laweyan dipakai untuk menyebut kelompok masyarakat tertentu, yaitu yang dikenal sebagai kelompok kaum kaya (wong Nglawiyan), yang berlebih (kaluwih-luwih) dalam segala hal, terutama dalam hal kebutuhan hidup (harta kekayaan). Hal itu disebabkan karena daerah tersebut menjadi pusat perdagangan batik dan tempat tinggal para pengusaha batik tulis Jawa.
Kecamatan ini juga menjadi tempat berdirinya Sarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh para produsen dan pedagang batik pribumi, pada tahun 1912.
Baca Juga: Misteri Harta Karun Napoleon Bonaparte di Rumah Kuno Semarang