Penggunaan antibiotik biasanya diberikan dokter untuk mengatasi jerawat yang pecah atau telah berkembang menjadi bisul bernanah. Umumnya, berbentuk salep dan merupakan kombinasi dari neomycin, bacitracin, dan polymyxin B.
Cara ini tidak hanya akan menghilangkan jerawat di vagina, tapi juga mencegah pembentukan jerawat baru. Pasalnya, antibiotik bekerja dengan melindungi kulit dari infeksi akibat jerawat yang pecah selama proses penyembuhan berlangsung.
4. Terapi medis
Terapi medis sesuai untuk mengatasi jerawat di vagina akibat infeksi bakteri M. contagiosum. Kondisi ini ditandai dengan munculnya bintil halus berwarna putih hingga kemerahan. Saat diraba, bagian tengah jerawat terasa licin seperti lilin.
Baca Juga: Museum Vagina Pertama di Dunia, Sarana Edukasi Alat Reproduksi Wanita
Beberapa terapi yang cukup efektif antara lain:
- Cryotherapy: Bintil jerawat dibekukan dengan nitrogen cair. Jerawat yang telah membeku akan hilang dengan sendirinya.
- Terapi laser: Sinar laser ditembakkan pada bintil-bintil jerawat agar jaringannya hancur.
- Terapi topikal: Dokter mengoleskan krim mengandung asam atau senyawa kimia pada bintil jerawat untuk memicu pengelupasan.
- Kuret: Bintil jerawat dikikis menggunakan alat khusus hingga terlepas.
5. Hidrokortison
Anda juga bisa menghilangkan jerawat di vagina dengan mengoleskan krim hidrokortison. Hidrokortison bekerja dengan cara meredakan peradangan, bengkak, dan kemerahan pada kulit.
Hidrokortison biasanya digunakan bersama dengan antibiotik dan benzoyl peroxide yang dapat membasmi bakteri penyebab jerawat.
Selain penggunaan obat, pada dasarnya Anda juga perlu menghindari kebiasaan yang memicu timbulnya jerawat. Contohnya, jangan memencet jerawat, mengenakan pakaian yang terlalu ketat, dan menggunakan produk pembersih yang mengandung banyak parfum.
Baca Juga: 3 Mitos tentang Vagina, Tidak Ada Makanan yang Bisa Membuatnya Wangi!