Suara.com - Jurnalis Perempuan Pertama Jadi Pahlawan Nasional, 5 Fakta Ruhana Kuddus
Presiden Jokowi memberikan gelar pahlawan nasional pada 8 November lalu di Istana Negara, Jakarta pada beberapa tokoh. Penantian panjang nama tokoh yang cukup dikagumi akhirnya mendapatkan pengakuan. Salah satunya adalah Ruhana Kuddus, jurnalis perempuan pertama Indonesia.
Siapa sih Ruhana Kuddus dan apa jasanya? Kenapa ia disematkan menjadi pahlawan nasional dari Presiden RI Jokowi beberapa waktu lalu untuk memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada Minggu (10/11/2019)? Berikut Suara.com rangkum dari wikipedia fakta perempuan tangguh ini.
1. Terbitkan Surat Kabar Perempuan Pertama
Baca Juga: Harapan Besar Pengelola Monjali di Hari Pahlawan 10 November
Ruhana Kuddus, lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, pada 20 Desember 1884. Pada 1911, saat perempuan bahkan tidak boleh bersekolah dan berkarir, ia malah aktif menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia. Ketika dibredel pemerintah Belanda, Ruhana berinisiatif mendirikan surat kabar, bernama Sunting Melayu, yang tercatat sebagai salah satu surat kabar perempuan pertama di Indonesia. Tidak terbayangkan bagaimana sulitnya di zaman itu tapi ia mendirikan surat kabar pertama yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya semuanya perempuan.
Roehana Kuddus menghabiskan hampir seumur hidupnya dengan beragam kegiatan yang berorientasi pada pendidikan, jurnalistik dan bahkan politik. Kalau dicermati begitu banyak kiprah yang telah diusung Roehana. Selama hidupnya ia menerima penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia (1974), pada Hari Pers Nasional ke-3, 9 Februari 1987, Menteri Penerangan Harmoko menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia.
2. Sepupu Agus Salim
Jiwa kepahlawanan ternyata sudah mengalir di darahnya, Ruhana Kuddus ternyata merupakan sepupu H Agus Salim yang juga pahlawan nasional. Selain itu, dia bersaudara dengan Sutan Syahrir dan merupakan bibi dari penyair terkenal Chairil Anwar.
3. Memperjuangkan Perempuan
Baca Juga: Aksi Heroik di Monjali Yogyakarta Warnai Hari Pahlawan 10 November
Wanita yang wafat pada 17 Agustus 1972 ini kerap memperjuangkan nasib perempuan semasa hidupya. Dia mendirikan perkumpulan perempuan yang bernama Perkumpulan Karadjinan (PK) Amai Satia. PK Amai diketuai Ruhana. PK Amai membangkitkan semangat pemberdayaan perempuan Minangkabau dan membekali mereka dengan ilmu serta ketrampilan.
4. Bisa banyak bahasa walaupun tidak sekolah formal
Ruhana Kuddus tidak bisa mendapat pendidikan secara formal di masanya, namun ia rajin belajar dengan ayahnya yang seorang pegawai pemerintah Belanda. Sang ayah selalu membawakan Roehana bahan bacaan dari kantor. Keinginan dan semangat belajarnya yang tinggi membuat Roehana cepat menguasai materi yang diajarkan ayahnya. Dalam Umur yang masih sangat muda Roehana sudah bisa menulis dan membaca, dan berbahasa Belanda. Selain itu ia juga belajar abjad Arab, Latin, dan Arab-Melayu.
5. Terima Banyak Penghargaan
Ruhana Kuddus menerima penghargaan lewat PK Amai. Sejumlah penghargaan seperti Bronzen Ster (1941) dan Penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto (1987), dan Penghargaan Kebudayaan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2007) dan pada tanggal 6 November 2007 pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Jasa Utama.
Salut, penantian penyematan pahlawan terhadap Ruhana Kuddus akhirnya diberikan oleh presiden RI, jadi makin semangat berkarya dong kamu karena Ruhana Kuddus membuktikan siapapun kamu, dan darimanapun asalmu asal kamu mau berjuang dan berkarya, akan menuah hasil.