Suara.com - Setiap orang tentu berhak menentukan kriteria masing-masing saat mencari sosok pasangan ideal. Jika sampai bisa terwujud, hal itu diyakini bakal memberikan kebahagiaan tersendiri.
Namun, pernah Anda berpikir mengapa tipe ideal seseorang bisa menjadi begitu beragam dan bahkan berubah seiring berjalan waktu? Melansir Hellosehat, berikut beberapa fakta menarik tentang tipe pasangan ideal.
Dari mana asalnya tipe pasangan ideal?
Mengapa setiap orang bisa punya kriteria pasangan ideal yang berbeda-beda? Mengutip dari Psychology Today, perbedaan ini dipengaruhi oleh teori ketertarikan (law of attraction). Teori ini berangkat dari anggapan bahwa segala sesuatu yang bertolak belakang dengan diri kita nampak lebih masuk akal, atau kita cenderung lebih merasa ingin memiliki sesuatu yang belum/tidak dipunyai sekarang.
Baca Juga: Lewat Foto Ini, Raline Shah Beri Bocoran Kriteria Pria Idaman
Sederhananya, tipe ideal Anda sebetulnya merupakan cerminan dari hal-hal apa saja yang diri Anda tidak miliki atau yang dianggap bisa melengkapi hidup Anda. Jadi ketika suatu saat ada seseorang yang sepertinya mampu "mengisi kekosongan" itu, Anda merasa mendapat dorongan misterius untuk mendekatinya.
Misalnya, orang pendiam dan cenderung pasif mungkin akan cenderung memilih pasangan yang lebih aktif, peduli, dan humoris untuk memeriahkan harinya. Sementara itu, mereka yang karakternya cenderung mendominasi mungkin akan lebih memilih pasangan yang tidak suka mengatur.
Apakah tipe pasangan ideal akan selalu sama?
Bisa jadi. Sehabis putus cinta, kita semestinya mencari pasangan dengan karakter atau tipe berbeda agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Menariknya, kenyataan tidak selalu begitu.
Studi yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science malah menunjukkan hal sebaliknya. Kita akan cenderung jatuh cinta pada mereka yang berkarakter mirip dengan tipe pasangan ideal kita hingga berulang kali.
Baca Juga: Sosok Penuh Cinta, 5 Alasan Wanita Scorpio Memang Pasangan Idaman
Itu kenapa kita juga cenderung akan mencari pasangan baru yang berkarakter sama atau terlihat serupa dengan sosok sebelumnya.
Untungnya punya tipe pasangan ideal
Ketika sudah terjun dalam hubungan, kita tentu merancang strategi interaksi yang akan disesuaikan dengan karakter dan kepribadian pasangan, mulai dari caranya berkomunikasi harian, memecahkan masalah A-Z, mengungkapkan bahasa cinta, dan lainnya. Di sini keuntungannya punya tipe pasangan ideal.
Jika rekam jejak percintaan Anda selama ini menunjukkan tendensi Anda berpacaran dengan orang yang berkarakter itu-itu saja,segala ilmu dan kemampuan yang Anda dapatkan sewaktu berinteraksi dengan si mantan masih relevan untuk diterapkan pada hubungan baru. Ilmu-ilmu tersebut juga dapat menjadi pelajaran untuk Anda membangun fondasi yang lebih kuat pada hubungan sekarang.
Sayangnya, strategi "usang" tidak selalu berjalan mulus. Anda bisa saja mandek dan terus mengalami masalah yang sama tanpa pernah mencapai resolusi tepat. Sebab, akar masalah dan model pemecahannya akan selalu sama meski sosok pasangannya sudah berbeda.
Kalau sudah begini, mau tak mau Anda akan berusaha mencari pasangan dengan tipe berbeda supaya tidak mengulang permasalahan yang sama.
Tipe pasangan ideal bisa berubah
Lorne Campbell, seorang psikolog sosial dari University of Western Ontario mengatakan bahwa sebenarnya tipe pasangan dapat berubah dalam sekejap, apalagi kalau sudah masuk konteks kencan online.
Contohnya terkait aspek fisik. Seiring perkembangan dunia digital, standar kecantikan maupun kegantengan seseorang mungkin akan lebih cepat berubah ketimbang sebelumnya. Nah, para ahli menemukan bahwa seseorang cenderung tampak lebih menarik bila dipandang sekilas daripada dilihat dalam jangka waktu yang lama.
Kesimpulannya, apapun tipe pasangan ideal Anda, penelitian menunjukkan bahwa "tipe ideal" mungkin sebenarnya tidak ada. Alih-alih, hal yang memengaruhinya adalah preferensi pribadi.
Seseorang bisa saja berpacaran dengan seseorang yang karakternya mereka sukai dan tiba-tiba berubah pada hubungan selanjutnya. Sebenarnya itu terjadi karena kesadaran untuk saling mencocokkan diri.