Suara.com - Kabar Gembira, Teater Mahakarya WS Rendra Siap Pentas di 2020
Siapa yang tidak kenal dengan sastrawan fenomenal Indonesia W.S Rendra yang terkenal dengan julukan 'Burung Merak'. Berbagai karyanya yang fenomenal sarat dengan kritik tapi juga tidak meninggalkan unsur sastra dan seni di dalamnya.
Setelah berpulang pada 2009 silam, banyak penggemarnya sangat kehilangan akan sosoknya. Ini jugalah yang membuat teater mahakarya W.S Rendra dihidupkan kembali dalam panggung seni pertunjukkan oleh GenPi.co, BWF Society dan Ken Zuraida Project.
Teater bertajuk Panembahan Reso telah membeku dan tidak pernah hadir ke publik sejak 34 tahun lalu, atau tepatnya 26 hingga 27 Agustus 1986. Kini akan kembali dipentaskan pada 25 dan 26 Januari 2020 di Teater Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Baca Juga: 3 Tips Jadi Aktris Teater Musikal ala Dea Penendra
Sebelumnya Artpreneur bukan tempat tujuan utama, dimana diniatkan Teater Taman Ismail Marzuki sebagai tempat utama pertunjukkan. Tapi, karena ada kendala renovasi, akhirnya tempat diubah.
"Lokasi waktu itu akan di TIM, karena akan direnovasi dan demi kenyamanan penonton nanti jadi berkurang. Penonton akan sulit mencapai lokasi, kami pindahkan pementasan ini ke Ciputra Artpreneur," ujar Auri Jaya selaku Produser di Artpreneur, Kuningan, Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Disutradarai Hanindawan dan asisten sutradara Sosiawan Leak, teater ini juga akan diisi deretan pemeran utama seperti Sha lne Febriyanti, Whani Darmawan, Ucie Sucita, Sruti Respati, Ruth Marini, Maryam Supraba, Gigok Anugoro, Jamaludin Latif, dan Dimas Danang Suryonegoro. Serta puluhan pemain teater Iainnya.
Sayangnya, jika karya teater asli WS Rendra berdurasi 7 jam, kali ini tim produksi memilih mempersingkat menjadi 3 jam. Namun tanpa menghilangkan benang merah cerita, berikut dengan tokoh-tokoh walaupun singkat tapi mereka tetap ada.
"Pertama kali saat diminta jadi sutradara, saya sampaikan ini naskah pendengaran, saya tidak melihat langsung tahun 1986. Sastrawi enak dibaca tapi juga harus enak di dengar," ungkap Sutradara Hanindawan.
Baca Juga: Reza Rahadian : Seniman Teater Butuh Dukungan Bekraf
"Ada 44 bagian asli, ada versi padatkan 30 bagian, karakter tidak ada yang hilang, ibarat sungai saya ambil arus sungainya, sejak awal sudah ada satu dinamika problem awal hingga akhir dipertahankan. Ini cerita klasik, strukturnya jelas kapan konflik dibangun," sambungnya.