Suara.com - 3 Cara Melindungi Habitat Laut dari Sampah Plastik
Indonesia adalah salah satu penyumbang polusi plastik teratas, yang mempengaruhi kehidupan laut. Indonesia juga merupakan penghasil emisi CO2 terbesar ke-15. Guna pengatasi permasalahan tersebut perlu ada upaya menanggulangi secara lebih terarah.
Seperti diketahui, polusi plastik dan pencemaran laut juga dihasilkan dari industri produksi cat. Untuk itu, Niko Safavi, CEO Mowilex mengatakan, pihaknya tidak hanya fokus terhadap kebutuhan konsumen tetapi juga lingkungan yang telah mendapat dampak dari emisi karbon yang dihasilkan oleh produksi cat.
"Maka dari itu, pihak kami membuat program keberlanjutan sebagai nilai inti tujuan perusahaan dan berharap dapat menginspirasi perusahaan lain yang belum berkomitmen terhadap sumber daya signifikan untuk mengatasi perubahan iklim," ungap Niko dalam acara press conference dan talkshow Mowilex Sustainability Initiative belum lama ini di Jakarta.
Baca Juga: Permukaan Laut di Jakarta Utara Sudah 1,5 Meter di atas Tanah
Acara yang dihadiri beberapa pakar ini juga berbagi tentang beberapa langkah yang telah diambil perusahaan cat dalam melestarikan lingkungan khususnya mengurangi pencemaran lingkungan dari sampah plastik.
Konservasi laut
Imelda Sasmito, Managing Director ACE. Mewakili Mowilex mengatakan, ada banyak batasan yang ditempatkan pada entitas di Indonesia yang ingin mendukung LSM internasional, salah satunya mencapai tujuan konservasi. ACE telah mendanai program Konservasi Internasional yang akan terus melindungi Teluk Saleh, yang memiliki luas 1.500 kilometer persegi di Sumbawa, Indonesia selama 5 tahun ke depan. Program ini akan memelihara dan melindungi habitat penting bagi hiu paus yang terancam punah serta mendukung masyarakat setempat untuk mengembangkan ekowisata yang berkelanjutan.
Pengurangan emisi karbon
Dikatakan oleh Nicole Munoz Direktur Pelaksana, Layanan Sertifikasi Lingkungan di SCS Global Services, bahwa Mowilex telah mengimbangi jejak karbonnya berdasarkan CarbonNeutral Protocol yang dikembangkan oleh Natural Capital Partners, pemimpin global yang mempelopori proses sertifikasi dan mulai mengembangkan protokol ini pada tahun 2002.
Baca Juga: Baru Saja Disambangi Presiden Jokowi, Begini Indahnya Laut Arafuru di Papua
Pengurangan plastik
Tania Ariningtyas, Manajer Urusan Lingkungan Mowilex menyatakan, pihaknya berkomitmen untuk mengurangi bahan kemasan plastik baru sebesar 80% dalam kurun waktu 8 tahun. Untuk mencapai hal ini, perusahaan akan berupaya untuk kembali ke kemasan kaleng timah yang dapat didaur ulang, material plastik dengan konten daur ulang, dan bekerja sama dengan pemasok dan perusahaan pengelolaan limbah untuk mengeksplorasi alternatif pengemasan dan pengumpulan limbah sampah.
"Kami berhenti mengkonsumsi air kemasan plastik dan kami beralih dengan berinvestasi menggunakan sistem filtrasi, yang mana hal ini menghilangkan lebih dari 12.000 air kemasan plastik, sejauh ini," tutupnya.
Semua bisa melakukannya jika ada kemauan, coba 3 cara melindungi habitat laut dari sampah plastik.