Suara.com - Teman di media sosial boleh banyak, tapi apakah teman di dunia nyata sama banyaknya? Belum tentu, sebab gaya hidup individualis kini semakin terasa di kalangan muda.
Meski mereka aktif di media sosial, tapi jarang sekali menemukan generasi Z secara luwes bertegur sapa saat bertatap muka. Termasuk, mereka yang tinggal di kost-kostan. Walau tinggal dalam satu hunian yang sama, tetapi sulit untuk saling kenal.
Berangkat dari fenomena yang ada, CEO Kamar Keluarga Charles Kwok, berinisiatif mengembangkan kost-kostan ke level yang lebih tinggi.
Dengan mengubah lahan non produktif menjadi produktif, konsep hunian ini dibuat untuk mendekatkan para penghuninya.
Baca Juga: Kaskus HobbyGround Tempat Asik Beragam Komunitas Lakukan 'Kopi Darat'
"Jadi, saat ini banyak sekali banyak kost-kostan di kalangan anak kuliah dan pekerja yang hanya menjadi tempat tinggal. Di hunian itu mulai sulit terjadi interaksi dan waktu berkumpul antarpenghuni. Di sinilah permasalahan itu akan dipecahkan," ungkap Charles saat ditemui Suara.com dalam acara nontong bareng komunitas penghuni Kamar Keluarga beberapa waktu lalu di Jakarta.
Melalui Kamar Keluarga, startup properti dengan pasive income menyediakan layanan hunian co-living dengan jaringan layanan terlengkap dan nyaman dengan harga terjangkau di kota-kota besar yang terkoneksi melalui teknologi berbasis web dan aplikasi.
Pengelola Kamar Kaluarga secara aktif menyediakan ruang, waktu, dan kegiatan-kegiatan positif untuk mempertemukan setiap penghuni agar meningkatkan suasana kekeluargaan dalam satu unit hunian.
"Ada beragam kegiatan yang dibuat oleh komunitas di setiap Kamar Keluarga. Misalnya mengadakan workshop dengan mengangkat tema tertentu dan mendatangkan pakar-pakar terkait, nonton bareng, dan berbagai kegiatan postif lainnya. Dengan begitu setiap penghuni bisa saling kenal, akrab, sekaligus memperluas jaringan pertemanan. Terutama untuk anak kost yanh dari daerah-daerah. Bisa cepat punya teman baru, karena nggak lagi diam saja di kamar," ceritanya panjang lebar.
Kamar Keluarga akan mengelola indekos tersebut secara profesional. Untuk itu, Kamar Keluarga bekerja sama dengan berbagai aplikasi seperti Traveloka, Tiket.com, Agoda, Booking.com, AirBnB, PegiPegi, Airy Rooms, dan Mister Aladin untuk layanan pemesanan kamar.
Baca Juga: Komunitas Kejora Indonesia, Wadah Para Dokter Mengedukasi Para Orangtua
Direktur Hoppor International, Ferry Lukas mengatakan Kamar Keluarga menyediakan layanan hunian co-living dengan jaringan terlengkap di Indonesia. Saat ini kamar yang dimiliki Kamar Keluarga sebanyak 2.041 di 75 lokasi strategis dan gampang diakses oleh transportasi umum yang berada di Jabodetabek dan Bandung.
Konsep hunian ini memanfaatkan teknologi untuk memberikan fasilitas dan pelayanan yang komprehensif sehingga seluruh kebutuhan end to end pelanggan dapat terpenuhi hanya dengan telepon genggam saja.
"Kekuatan kami ada di komunitas. Kami juga menyewakan space di setiap hunian. Ruang-ruang yang ada kami manfaatkan laundry atau membuat warung kopi (warkop), dan tempat menyelenggarakan event," paparnya lebih lanjut.
Melalui core bisnisnya, Kamar Keluarga mampu memberikan passive income kepada para investor atau pemilik asset yang bekerja sama dengan Kamar Keluarga.
Bisnis hunian ini juga menyediakan layanan langganan hunian co-living dengan jaringan layanan terlengkap di Indonesia dengan total jumlah kamar yang sudah dan akan beroperasi sebanyak 2041 kamar di 75 lokasi strategis yang mampu diakses dengan mudah oleh masyarakat.