Duka Dari Nduga, Cerita Kristin Samah Soal Konflik HAM di Papua

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 31 Oktober 2019 | 16:40 WIB
Duka Dari Nduga, Cerita Kristin Samah Soal Konflik HAM di Papua
Peluncuran buku Duka Dari Nduga karya Kristin Samah. (suara.com/Aflaha Rizal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Duka Dari Nduga, Cerita Kristin Samah Soal Konflik HAM di Papua

Setiap orang memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan. Tak sedikit akhirnya yang membagikan pengalaman tersebut dalam sebuah buku, dengan harapan bisa menginspirasi orang lain.

Hal ini yang membuat penerbit Gramedia Pustaka Utama meluncurkan buku Duka Dari Nduga, beberapa waktu lalu. Bertempat di Graha Ouikumene-PGI, Salemba, Jakarta Pusat, buku Duka Dari Nduga bercerita tentang konflik HAM dan kekerasan yang terjadi di Kabupaten Nduga, Papua.

Baca Juga: Peduli Wamena dan Nduga, Persipura Jayapura Lakukan Ini

Kristin Samah, selaku penulis yang berbicara mengenai bukunya, berkisah tentang seorang perempuan penyintas kekerasan seksual, yang berkaitan dengan peristiwa kekerasan dan pembunuhan di Kabupaten Nduga, Papua, pada periode yang berbeda.

"Selama dua tahun terakhir, kekerasan dan konflik di Kabupaten Nduga bisa dikatakan menjadi letupan yang kemungkinan akan muncul lagi di daerah lain di provinsi itu," ucapnya.

Buku ini, ucapnya kembali, dipersembahkan untuk orang-orang yang bekerja demi memuliakan kemanusiaan. Dan penghormatan pada para pekerja kemanusiaan yang oleh sebab konflik, terpaksa menjadi korban kekerasan brutal.

"Benar bahwa mengangkat senjata untuk merampas hak hidup orang lain adalah kejahatan sadis. Namun penjahat sesungguhnya adalah, orang-orang yang menjual ketidakmampuan orang lain untuk meraih keuntungan diri sendiri atau kelompok," ucapnya. 

Upaya dari buku tersebut, Kristin Samah menyampaikan potret terkini di Papua kepada masyarakat. Dengan hal yang ia tuliskan apa adanya, diharapkan dapat menciptakan keterbukaan untuk penyelesaian permasalahan yang terjadi disana.

Baca Juga: Lima 5 Mayat Ditemukan dalam 1 Lubang di Nduga Papua, TNI Bantah Menembak

Namun beberapa nama sengaja disamarkan atas permintaan narasumber dengan pertimbangan keamanan. Juga beberapa nama daerah tidak disebut secara langsung untuk menghindari kemungkinan sentimen suku.

"Ada kisah pilu tentang kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia, yang hanya bisa diselesaikan dengan duduk bersama, saling mendengar, saling mengakui dan saling memaafkan sesama anak bangsa," tutupnya. [Aflaha Rizal]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI