Suara.com - Hawa dingin segera menyergap begitu menjejakkan kaki di Punden Joko Pangon, area di sekitar pohon beringin tua di Kelurahan Gedog, Kota Blitar, Jawa Timur, lokasi dimana reruntuhan Candi Gedog berada.
Sugeng (55), warga Gedog, membenarkan letak sesaji yang pagi hari diletakkan di atas batu yoni berbentuk persegi. Arkeolog Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menyatakan, batu yoni itu merupakan bukti penting adanya sebuah candi yang pernah berdiri di lokasi itu.
"Sejumlah warga, termasuk saya, masih rutin memberikan sesaji di sini, untuk Mbah Pangon," ujar Sugeng kepada Suara.com.
Joko Pangon adalah tokoh dalam dongeng warga Gedog tentang seorang pria pekerja keras yang dibunuh oleh majikannya sendiri. Dia dimasukkan ke dalam sumur di area Candi Gedog dalam kondisi hidup-hidup dengan tangan dan kaki terikat dan diberi batu pemberat. Jasadnya ditemukan oleh seekor anjing.
Baca Juga: Kisah Misteri Candi Gedog: Tragedi Joko Pangon [Part 1]
Sugeng dan sejumlah warga Gedog lainnya hingga hari ini masih rutin memberikan sesaji di Punden Joko Pangon. Bahkan ketika tim ekskavasi dari BPCB sibuk menggali area sekitar Punden Joko Pangon, Sugeng tetap memberikan sesaji, membakar kemenyan.
Punden Joko Pangon atau Situs Gedog yang diyakini BPCB sebagai reruntuhan dari Candi Gedog yang pernah disaksikan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sir Thomas Stamford Raffles dan ditulis dalam buku History of Java dikenal warga sebagai tempat "wingit" atau angker. Di tempat itu, dengan pusatnya pada pohon beringin tua, adalah rumah Mbah Joko Pangon, danyang Kelurahan Gedog dan sekitarnya.
Arwah Joko Pangon, menurut Sugeng, bersemayam di pohon beringin tua itu. Dia dijaga oleh makhluk halus berbentuk anjing, ular dan macan. Makhluk-makhluk halus penjaga Punden Joko Pangon ini sering menampakkan diri di hadapan warga.
"Suatu malam, saya pernah melihat seekor anjing dengan mata bersinar merah," ujar Sugeng. Makhluk halus berbentuk anjing tersebut diyakini sebagai anjing yang pertama menemukan jasad Joko Pangon di sumur Candi Gedog.
Penampakan semacam itu, bagi Sugeng merupakan pertanda bagi warga Gedog sekitarnya untuk segera melakukan upacara selamatan.
Baca Juga: Sebelum Ekskavasi, Warga dan Arkeolog Gelar Tumpengan di Situs Candi Gedog
Tak jarang, Sugeng mendengar suara lolongan anjing yang misterius di malam hari. Setelah dia ikuti asal suaranya, selalu berujung di pohon beringin tua di Punden Joko Pangon.