Suara.com - Bali merupakan salah satu destinasi yang kaya akan tradisi dan budaya warganya. Yang unik, ada tradisi omed-omedan yang kerap disebut sebagai festival ciuman massal.
Omed-omedan adalah tradisi yang diadakan setelah Hari Raya Nyepi. Perayaan ini berupa festival, dan biasa diikuti oleh pemuda-pemudi berumur 17-30 tahun di Banjar Kala, Sesetan, Denpasar.
Tradisi ini sudah ada paling sejak ratusan tahun silam. Meski sering disebut festival ciuman massal, omed-omedan sebenarnya punya makna mendalam.
Omed-omedan sendiri adalah bahasa Bali yang dapat diartikan sebagai tarik-menarik. Ini dikarenakan para peserta omed-omedan akan melakukan aksi tarik menarik selama festival berlangsung.
Baca Juga: Ribuan Warga Ikuti Tradisi Sebar Apem Yaqowiyu
Konon, acara tarik menarik ini berasal dari kisah pertarungan antara babi jantan dan betina. Selain itu, hal ini juga menggambarkan tarik-menarik antara energi positif dan negatif.
Saat omed-omedan, warga berumur 17-30 tahun akan dikelompokkan menjadi grup laki-laki dan grup perempuan. Kemudian, seluruh peserta harus mengikuti ibadah sembahyang dulu di pura.
Setelah sembahyang, barulah kedua kelompok tadi berdiri berhadap-hadapan di pelataran pura. Dipandu oleh pecalang (polisi adat), setiap kelompok akan memilih seorang wakil untuk diangkat dan diarak di barusan depan.
Nantinya, kedua orang ini akan saling berpelukan sementara yang lain berusaha menarik hingga terlepas. Saat inilah, ada kalanya dua orang tersebut saling beradu pipi dan terlihat seperti ciuman bibir.
Selain saling berpelukan dan menarik, para peserta juga akan disiram air selama festival omed-omedan ini.
Baca Juga: Tradisi Minum Teh di Taiwan yang Kental Tradisi Luhur
Tradisi omed-omedan sendiri punya makna mendalam lain, yaitu untuk menjalin silaturahmi.