Suara.com - Wishnutama Jadi Menparekraf, Pengamat : Banyak PR harus Dibenahi
Wishnutama akhirnya resmi dilantik sebagai Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif dalam kabinet periode 2019-2024 pada Rabu (23/10/2019).
Dengan suasana santai sambil duduk di pelataran Istana Kepresidenan, Jokowi memperkenalkan satu persatu Menteri yang akan menjadi pembantunya selama lima tahun ke depan.
Baca Juga: Kharisma Wishnutama Sang Menteri Pariwisata, Idola Bagi Barista
"Ke-31, Bapak Wishnutama Kusubandio, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Urusan pariwisata, 10 destinasi wisata baru, mengembangkan industri kreatif berada di wilayah Pak Wishnu," ungkap Presiden Jokowi saat mengenalkan jajaran menterinya.
Menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2019-2024 tentu menarik menanti kinerja Wishnutama memajukan pariwisata Indonesia.
Lantas apa pendapat pengamat pariwisata, suramkah masa depan pariwisata Indonesia di tangan Wishnutama? Prof Azril Azhari, Ketua Ikatan Cendekiawan Wisata Indonesia memberikan pandangan.
"Menteri adalah jabatan politis, namun demikian sebaiknya punya juga keahlian dasar sektor yang diamanahkan kepadanya agar tidak terlalu lama pemahamannya. Wishnutama memulai kariernya di pertelevisian yang beakhir juga sebagai pemilik dan CEO televisi. Dengan demikian beliau harus segera menggeser paradigmanya menjadi kepariwisataan," ujarnya saat dihubungi Suara.com, Kamis (24/10/2019).
Prof Azril mengapresiasi pilihan Jokowi yang menunjuk Wishnutama untuk memegang peran penting di sektor pariwisata.
Baca Juga: 6 Gaya Liburan Seru Gista Putri, Istri Menteri Pariwisata Wishnutama
"Alasan Presiden memilihnya, tentu hanya Presiden yang memahaminya sulit kita kalau berandai-andai. Namun demikian terlihat dengan jelas usianya muda sehingga diharapkan mampu menemukan kreatifitas dan inovasi baru," bebernya.
Prof Azril lantas membeberkan PR apa saja yang harus dibenahi Wishnutama
"Banyak mas, oke dibelah satu-satu, pertama belum adanya Sektor Pariwisata yang berisikan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang khusus di pariwisata, karena selama ini hanya mengambil dari berbagai Sektor lainnya yang telah ada. Kedua, belum adanya Perencanaan Tenaga Kerja sektor pariwisata yang berisikan kebutuhan (demand) dan ketersediaan (supply), padahal program Utama presiden adalah di bidang Sumberdaya Manusia,"
"Ketiga Indeks Daya Saing Pariwisata kita yang masih rendah dari negara ASEAN terutama beberapa sub indeks sangat rendah yaitu: Health & Hygiene, Environmental Sustainability, Tourist Service Infrastructure, Safety & Security, ICT Readiness. Keempat Human Development Indeks (HDI) yang masih rendah dari negara ASEAN yaitu Singapore, Malaysia, Thailand, Philippine dan sama peringkatnya (peringkat 116) dengan Vietnam. Kelima, Human Capital Index (HCI) sangat rendah (peringkat 87) terbawah dari negara ASEAN yaitu Singapore, Vietnam, Malaysia, Thailand dan Philippine," lanjut Prof Azril.
Menurut Prof Azril, ini adalah PR yang berat adalah membenahi destinasi dan event pariwisata yang tidak menjadi fokus sebelumnya, karena Quantity Tourism harus degeser menjadi Quality Tourism.
"Sangat tergantung dari kepiawaian beliau untuk menggeser pariwisata kita. Masukan saja, ya segera formulasikan segera Sektor Pariwisata, Susun segera Perencanaan Tenaga Kerja sektor Pariwisata, Fokus pada Daya Tarik Pariwisata kita (Visitor Attraction) yaitu Keunikan (Uniqueness) dan Keotentikan (Authenticity), artinya menggeser fokus dari Quantity Tourism menjadi Quality Tourism, lalu Target harus berdasarkan kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Presentase Penyerapan tenga kerja sektor Pariwisata terhadap Nasional, Persentase Investasi terhadap Nasional," pungkas prof Azril.