Suara.com - Perhelatan besar seni rupa yang dilaksanakan setiap dua tahun, Biennale Jogja, kembali digelar pada 2019. Acara yang menggandeng 52 seniman ini bakal diselenggarakan pada 20 Oktober - 30 November 2019.
Tahun 2019 menandai edisi ke lima Biennale Jogja Equator. Dalam edisi kali ini, kurator memilih tajuk "Do we live in the same Playground?".
Tajuk tersebut berusaha menyoroti persoalan 'pinggiran' yang berlangsung di kawasan Asia Tenggara.
Biennale Jogja 2019 fokus pada gagasan tentang 'pinggiran' yang tidak sekadar mengacu pada ide tentang tempat, tapi juga subyek atau komunitas yang hidup di dalamnya.
Baca Juga: Voice of Baceprot, Hijaber Metal Siap Buka Biennale Jogja 2019
Mereka juga menyoroti bagaimana subyek tersebut tidak mendapat manfaat dan menderita karena struktur sosial ekonomi atau politik.
Salah satu seniman yang terlibat di Biennale Jogja 2019, Yoshi Fajar, menghadirkan instalasi seni berupa hotel di mana seluruh konsep ruang kota dihadirkan di dalamnya. Hotel itu diciptakan di kampung Jogoyudan dan melibatkan penduduk setempat.
"Proyek ini sekaligus membuktikan tidak perlu pemusatan modal. Sekarang kita bisa membangun dalam waktu singkat, biaya yang murah SDM terbatas dan bisa direplika di mana saja," tutur Yoshi Fajar saat jumpa pers di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (19/10/2019).
Ia pun menjelaskan bahwa hotel itu mempunyai dampak panjang. Nantinya, instalasi tersebut bakal diserahkan ke warga kampung untuk dikelola dan bisa disewakan secara online.
Sementara itu, Biennale Jogja XV Equator #5 bakal dilaksanakan di beberapa tempat berbeda, yaitu Jogja Nasional Museum, Taman Budaya Yogyakarta, Kampung Jogoyudan, Ketandan 17, dan Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri. Biennale Jogja dibuka mulai pukul 10.00 sampai 21.00 WIB.
Baca Juga: Biennale Jogja XV 2019: Do We Live in the Same Playground?