Suara.com - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak situs peninggalan sejarah berupa candi. Salah satu candi tersebut bahkan bisa ditemukan di lereng pegunungan.
Namanya adalah Candi Cetho. Candi bercorak Hindu ini adalah peninggalan dari era kerajaan Majapahit yang terletak di lereng Gunung Lawu. Tak main-main, ketinggiannya mencapai 1496 mdpl.
Candi yang terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar ini ditemukan pada tahun 1842 silam. Saat itu, candi ini hanya berbentuk reruntuhan 14 teras yang memanjang.
Namun, pada tahun 1970, candi ini akhirnya dipugar oleh Humardani, asisten pribadi Presiden Soeharto.
Baca Juga: Kisah Misteri Candi Gedog: Tragedi Joko Pangon [Part 1]
Struktur aslinya pun mengalami perubahan, meski konsep punden berundak masih ditetapkan di candi tersebut.
Selain dikenal karena letaknya yang berada di lereng Gunung Lawu dan dilewati saat pendakian, candi ini juga dikenal dapat melepas kutukan.
Menurut arkeolog, Candi Cetho dibangun oleh Raja Brawijaya V sebagai tempat melakukan ritual tolak bala dan ruwatan.
Hal ini dapat terlihat dari tulisan aksara Jawa Kuno pada batu yang ada di Candi Cetho. Selain menjelaskan fungsi candi di era Majapahit, disebutkan pula jika candi itu dibuat pada 1397 Saka atau 1475 Masehi.
Selain bangunan candinya yang mengandung nilai sejarah, kompleks Candi Cetho ini juga menarik dikunjungi karena keindahan panoramanya.
Baca Juga: Candi Ratu Boko, Salah Satu Destinasi yang Wajib Dikunjungi di Yogyakarta
Sambil mendaki menuju Candi Cetho, wisatawan dapat merasakan udara sejuk khas pegunungan hingga bentangan kebun teh dan hutan hujan tropis.
Untuk mengunjungi candi ini, travelers bisa melakukan perjalanan dari Solo menuju Karanganyar, lantas mengikuti petunjuk arah ke Air Terjun Grojogan Sewu.
Papan tanda menuju Candi Cetho sendiri akan terlihat sebelum Grojogan Sewu. Sementara untuk tiket masuk, pengunjung cukup membayar Rp 7.000 saja.