Suara.com - Popularitas G String Turun, Perempuan Kini Suka Model Celana Dalam Nenek
Pakaian dalam juga memiliki tren yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Bagi banyak perempuan, ini adalah saatnya 'celana dalam nenek' kembali menjadi sesuatu yang hits.
Ya, dilansir dari Daily Star, sebuah survei yang dilakukan department store asal Inggris, John Lewis mengungkap mana saja jenis-jenis pakaian dalam yang diminati dan kurang diminati saat ini.
Celana dalam (briefs) dengan model pinggang tinggi dan penuh ala Bridget Jones atau yang saat ini disebut 'celana dalam nenek' kini mengalami peningkatan popularitas sebesar 11 persen, dan sebaliknya, celana dalam ketat dan tipis (restrictive lingerie) kian mengalami penurunan penjualan.
Baca Juga: Kim Kardashian Pakai G-String Rp 21 Juta, Warganet Mau Sekennya
Suspender seksi juga mengalami penurunan permintaan sebesar 8 persen, sementara penjualan bra push-up juga berada dalam kondisi yang sama sebesar 7 persen.
"2019 adalah tahun di mana kami melihat pelanggan beralih ke pilihan yang lebih nyaman ketika menyangkut pilihan pakaian dalam mereka. Atasan pendek tanpa jahitan (seam free crop top) dan celana dalam yang lebih penuh adalah beberapa item terlaris kami," kata Nancy Szachno-Dressel, penjual pakaian dalam.
Atasan tanpa jahitan jauh lebih nyaman daripada bra underwired dan bra push-up, jadi tidak heran kenapa banyak perempuan mulai memilih 'celana dalam nenek' dalam hal ini.
Dan ketika berbicara tentang celana dalam, jenis G string dan thongs tidak selalu fungsional. Sebaliknya, celana berpinggang tinggi, yang mirip dengan celana pendek lebih diburu pelanggan pada tahun 2019.
Tren 'celana dalam nenek' bukan satu-satunya gaya nyaman yang muncul kembali dalam beberapa bulan terakhir. Awal tahun ini, banyak perempuan yang juga memilih untuk membiarkan rambut kemaluan mereka tumbuh penuh.
Baca Juga: Millen Cyrus Pakai G-String Bikin Kaget Warganet
Holistic ob-gyn, Dr Eden Fromberg baru-baru ini berbicara kepada Vogue tentang tren rambut kemaluan. Pakar yang berbasis di New York tersebut mengatakan banyak perempuan menumbuhkan rambut kemaluan mereka karena kini mereka lebih memikirkan fungsi daripada mode.
"Perempuan menjadi semakin sadar bahwa tubuhnya jauh lebih dari sekadar permainan visual atau seksual. Kita ingin mengekspresikan keragaman dan kekuatan kita, menjalani preferensi kita, dan merasa nyaman dengan tubuh kita sendiri tanpa penilaian," tutup dia.