Suara.com - Isu kekerasan terhadap buruh di industri fesyen masih terjadi. Merek pakaian olahraga Lululemon belakangan mendapat tuduhan pelecehan dan kekerasan terhadap pekerja perempuan di pabrik-pabrik Banglades yang memasok label mereka.
Para buruh perempuan di Banglades yang dipekerjakan oleh Youngone Corporation itu mengaku mengalami pelecehan verbal dan fisik saat bekerja.
Dalam sebuah laporan yang dirilis The Guardian terungkap bahwa para pekerja umumnya dilecehkan dengan penghinaan seksual yang dilakukan oleh manajer.
Mereka mengaku dikata-katai sebagai "perempuan murahan" dan "pelacur".
Baca Juga: Niat Akhiri Hubungan, Wajah Buruh Perempuan di Sukabumi Disiram Air Aki
Penulis laporan itu juga mewawancarai perempuan yang mengatakan bahwa dipaksa bekerja meskipun sedang berada dalam kondisi kesehatan yang buruk. Para pekerja perempuan tersebut bahkan dipukul dan ditampar .
Dengan tekanan untuk memenuhi target serta kekerasan yang diperoleh, para pekerja perempuan hanya mendapat bayaran kira-kira Rp 1,5 juta per bulan.
Tentang tudingan tersebut, juru bicara Lululemon mengatakan mereka akan mengambil langkah serius. "Kami menanggapi tuduhan ini dengan sangat serius, dan kami berkomitmen untuk menggelar penyelidikan penuh dan independen," ujarnya seperti dikutip dari Dazed.
Didirikan pada 1998 oleh miliarder Kanada, Chip Wilson, Lululemon sangat populer di kalangan selebriti dan influencer. Mereka sendiri telah menjalin kemitraan dengan PBB dalam upaya mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesehatan mental pekerja.
Baca Juga: Hak Buruh Perempuan Belum Diakui dan Dilindungi Negara