Belajar Pemikiran Tan Malaka dari 3 Karya Terbaiknya

Rabu, 16 Oktober 2019 | 21:35 WIB
Belajar Pemikiran Tan Malaka dari 3 Karya Terbaiknya
Ilustrasi sosok Tan Malaka. [Suara.com / Ema]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tan Malaka adalah sosok pejuang dengan pemikiran yang menjadi acuan atau inspirasi bagi banyak tokoh-tokoh bangsa Indonesia lainnya, termasuk di antaranya Bung Karno. Makanya wajar, jika tokoh peletak dasar-dasar kebangsaan ini pun oleh Tempo disebut sebagai "Bapak Republik Indonesia".

Pria bernama lengkap Ibrahim Datuk Sutan Malaka --nama asli Ibrahim sedangkan Datuk Sutan Malaka adalah gelar adatnya-- ini punya banyak pemikiran yang menarik yang sekaligus kemudian berkontribusi pada gagasan kebangsaan di Indonesia. Beruntung generasi kini pun masih bisa mempelajari gagasan maupun pemikiran pria kelahiran Suliki, Limapuluh Kota, Sumatera Barat, 2 Juni 1897, itu lewat karya-karya tulisnya.

Berikut tiga di antara karya terbaik Tan Malaka yang tersaji melalui buku-buku yang sudah dicetak ulang untuk kesekian kalinya:

Buku-buku karya populer Tan Malaka. [NP]
Buku-buku karya populer Tan Malaka. [NP]

1. Madilog, buku yang adalah juga cita-cita Tan Malaka sendiri

Baca Juga: Menyimak Gagasan Kebangsaan Tan Malaka Lewat "Dari Penjara ke Penjara"

Bangsa Indonesia memandang bahwa apa yang terjadi di dunia ini dipengaruhi oleh kekuatan keramat di alam gaib. Cara pandang ini, disebut-sebut oleh Tan Malaka sebagai "logika mistika". Logika ini melumpuhkan karena ketimbang menangani sendiri permasalahan yang dihadapi, lebih baik mengharapkan kkekuatan-kekuatan gaib itu sendiri. Karena itu, mereka (masyarakat Indonesia) mengadakan mantra, sesajen, dan doa-doa. Melihat kenyataan bangsanya yang masih terkungkung oleh "logika mistika" itu, Tan Malaka melahirkan Madilog.

Mendiang peneliti LIPI, Dr Alfian, pernah menyebutkan bahwa Madilog memang merupakan karya terbaik Tan Malaka, paling orisinal, berbobot, dan brilian. Naskah Madilog ditulis oleh Tan Malaka selama delapan bulan (15 Juli 1942 - 30 Maret 1943). Buku ini bukan semacam "ajaran partai" atau "ideologi proletariat", melainkan cita-cita Tan Malaka sendiri. Di mana Madilog --sebagian besar mengikuti konsep materialistik-dialektik Fredrich Engels-- sama sekali bebas dari buku-buku Marxisme-Leninisme yang menuntut ketaatan mutlak pembaca terhadap Partai Komunis.

Tan Malaka melihat kemajuan umat manusia harus melalui tiga tahap: dari "logika mistika" lewat "filsafat" ke "ilmu pengetahuan" (sains). Dan selama bangsa Indonesia masih terkungkung oleh "logika mistika" itu, maka tak mungkin ia menjadi bangsa yang merdeka dan maju. Madilog merupakan jalan keluar dari "logika mistika" dan imbauan seorang nasionalis sejati bagi bangsanya untuk keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan.

>>LIHAT Madilog di Serbada.com!

2. Sikap Tan Malaka tentang politik dan ekonomi yang bebas dan merdeka dalam Gerpolek

Baca Juga: Wanita Kutu Buku Lebih Menarik, Ini Alasannya

Dulu, Tan Malaka sangat merisaukan makin menciutnya wilayah Republik dengan berdirinya negara boneka bentukan Belanda. Sementara kaum kapitalis, kolonialis dan imperialis berhasil mengacaukan perekonomian dan keuangan Republik Indonesia. Karena itu, Tan Malaka tidak mengenal kompromi dengan kekuatan kolonialisme dan imperialisme. Ia tidak menyetujui perundingan dengan lawan. Ia menganggap berunding adalah sikap mengorbankan kedaulatan dan kemerdekaaan rakyat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI