Suara.com - Tak sulit menemukan emas tersebar pada ratusan kuil dan pagoda di Myanmar. Emas menjelma benda yang begitu disakralkan di negara berpenghuni 53,37 juta penduduk ini.
Di kota Mandalay misalnya, sekitar 700 kuil dan pagoda dengan stupa berlapis emas tersebar di area perbukitan.
Di salah satu sudut kota ini, para pria menghabiskan waktu menempa emas dan membentuknya sedemikian rupa hingga menyerupai selembar daun.
Biji emas tersebut kemudian dipotong kecil oleh kaum wanita untuk kemudian dipersembahkan kembali pada Sang Buddha.
Baca Juga: Mantap! Kesenian Reog Ponorogo Hibur Warga Myanmar
Kaum wanita kemudian menempelkan daun emas pada ukiran kayu bergambar Buddha maupun ukiran hewan yang menyerupai gajah.
Tak sedikit pula yang menempelkannya pada buah pisang dan kelapa sebagai persembahan bagi leluhur.
Bahkan tak jarang dari mereka menempelkan emas tersebut pada kulit tubuh menggunakan lem yang terbuat dari kayu. Konon menempelkan emas pada tubuh yang terpapar matahari dapat membuat kulit kian eksotis dan berkilauan.
![Ilustrasi Myanmar (Pixabay Sasint)](https://media.guideku.com/thumbs/2018/10/28/21496-ilustrasi-myanmar-pixabay-sasint/o-img-21496-ilustrasi-myanmar-pixabay-sasint.jpg)
Hari ini, emas masih digunakan sebagai alat tukar utama di Myanmar. Bahkan jangkauannya melebihi mata uang lokal, Kyat.
Hal ini dilatari nilai mata uang kertas kerap tidak stabil dan mudah terguncang akibat suasana politik dan ekonomi di Myanmar, semacam tragedi berdarah Rohingya.
Baca Juga: Turis Kecewa, Kuil di Myanmar Ini Tak Lagi Boleh Dipanjat
Bahkan banyak penduduk Myanmar tidak menggunakan rekening tabungan di bank dan membeli emas sebagai gantinya.