Suara.com - Wilayah Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, memang terkenal sebagai destinasi wisata. Tapi tidak melulu sebagai hiburan, beberapa pulau juga menyimpan sejarah yang tidak boleh dilupakan.
Beberapa waktu lalu, Suara.com berkesempatan menelusuri 3 pulau di Kepulauan Seribu bersama kru dan tim film Onrust untuk melakukan wisata sejarah, dan Pulau Onrust masuk dalam salah satu destinasi persinggahan.
Menggunakan kapal nelayan di Pelabuhan Kamal Muara, kami bersama rombongan pelajar dan mahasiswa berangkat menggunakan 4 kapal. Tidak membutuhkan waktu lama, dalam waktu 30 menit perjalanan laut kami sudah singgah di Pulau Onrust, yang letaknya dekat dengan pulau Cipir dan pulau Kelor.
Baca Juga: Pulau Onrust dan Cipir, Tempat Asal Mula Predikat Haji Melekat
Puskesmas dan Ruang Karantina Haji
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Onrust, selain dermaga dan ornamen kincir angin beserta sebuah batu besar yang dijadikan prasasti, pengunjung juga akan langsung disajikan dengan pemandangan sisa-sisa bekas bangunan karantina haji.
Dahulu, gedung karantina itu dijadikan sebagai tempat isolasi para jemaah haji yang pulang dari Arab Saudi, terutama mereka yang positif mengidap penyakit atau membawa virus dari luar negeri. Ruang karantina ini berfungsi agar jemaah haji yang terjangkit tidak menularkannya ke orang lain saat pulang ke Batavia atau yang sekarang di sebut Jakarta.
Bangunan ini tentu saja saat ini tidak terlihat sempurna. Hal ini lantaran mengalami penjarahan bahan material dari masyarakat sekitar. Seperti diketahui, pulau Onrust memang sempat tak berpenghuni. Ini sekaligus membantah hancurnya bangunan karena letusan gunung Krakatau.
"Hancurnya (barak haji) tahun 1998 bukan karena letusan Krakatau, karena Krakatau meletus tahun 1883, sedangkan barak haji (dibangun) tahun 1911, dan hancurnya 1968. Kebetulan pulau ini sempat kosong tidak berpenghuni, sangat disayangkan penduduk sekitar datang dan pulangnya bawa material," ujar pemandu wisata Rosadi.
"Intinya pulau ini hancur dijarah, mereka ambil semua material yang ada di sini dan kita sekarang melihat sisa-sisa reruntuhan bekas jarahan penduduk sekitar," sambungnya.
Baca Juga: 5 Pesona Pulau Cipir yang Indah Namun Menyimpan Misteri
Tapi uniknya, di samping bangunan bekas jarahan itu, masih berdiri tegak puskesmas zaman peninggalan Belanda yang saat itu digunakan sebagai pemantau kesehataan jemaah. Tempat itu juga digunakan untuk para dokter dan suster bekerja meramu resep obat.
Ada satu isu juga yang cukup unik dari barak karantina haji ini, di mana adanya permainan pemberian label haji agar penjajah mudah mengontrol masyarakat. Karena pada saat itu, mereka yang sudah naik haji akan sangat punya pengaruh di masyarakat.
Berikutnya: Ada arwah yang menunggu kekasihnya