Suara.com - Kisah di Museum Santet, Misteri Jelangkung untuk Diagnosa Penyakit [Part 2]
Selain koleksi barang-barang dan benda kesehatan bersejarah, berbagai koleksi tentang sejarah kesehatan zaman dulu juga terdapat di Museum Santet atau Museum Kesehatan Dr Adhyatma.
Suara.com saat berkunjung ke museum yang terletak di Jalan Jalan Indrapura No17, Kemayoran, Kecamatan Krembangan, Kota SBY, Jawa Timur ini melihat berbagai macam barang menyerupai alat santet untuk membantu pengobatan ataupun penyembuhan.
Benda yang mencolok diantaranya berupa celana anti perkosaan model gembok yang berasal dari PKBI Surabaya. Sementara celana kedua dengan nama celana anti perkosaan model kunci rahasia atau kode yang berasal dari Bandung.
Baca Juga: Usai Syuting di Hutan, Angela Lee Sering Alami Gangguan Mistis
"Celana pertama, digunakan oleh seorang perempuan sebagai celana pendek yang dilengkapi pengaman berupa gembok. Sementara celana kedua digunakan sebagai celana dalam, dipakai oleh seorang wanita dengan tujuan agar terhindar dari tindakan asusila khususnya perkosaan. Diilhami oleh koleksi celana emas di Museum Solo," jelas Kepala Museum Kesehatan Dr Adhyatma, Susetyo Eni Rahmawati, Kamis (10/10/2019).
Kemudian, alat berikutnya berupa pasungan yang berasal dari Bojonegoro. Alat ini digunakan pada kaki orang yang menderita gangguan kejiwaan. Dilakukan pemasungan karena perekonomian keluarga yang tak mampu atau tidak bisa disembuhkan secara medis.
Jelangkung dan benda santet Nini Towok, klik NEXT
Kontributor : Arry Saputra
Eni menyebut, ada koleksi yang dianggap mistis yaitu berupa benda santet. Misal seperti Nini Towok itu menjadi ketertarikan sendiri bagi pengunjung dan jaelangkung.
Baca Juga: Main Film Horor, Luna Maya Belum Dapat Pengalaman Mistis
Eni menjelaskan, Jelangkung yang ada di museum ini diperoleh dari Surabaya pada tahun 1999. Barang tersebut berupa permainan untuk mendatangkan roh yang dapat dipakai untuk mencari informasi tentang diagnosa penyakit dan jenis pengobatannya.
"Boneka ini dipegang oleh dua anak yang masih suci dan dipandu oleh seorang pawang. Jawaban dari semua pertanyaan dituliskan pada sehelai kertas dengan batu tulis," jelasnya.
Sementara untuk Nini Towok diperoleh dari Surabaya pada tahun 1999. Permainan ini bersifat Magis dilakukan dengan maksud sebagai usaha menjaga keselamatan Desa menolak balak dan hal-hal lain semacamnya.
"Itu dilakukan melalui jalan spiritual. Oleh karena itu pelakunya bukan anak muda melainkan orang yang sudah tua. Tapi bisa juga dipakai sebagai mainan tradisional anak-anak," imbuhnya.
Satu lagi yang ada di museum ini yaitu berupa foto Nyi Roro Kidul. Penampakan orbs, penampakan telapak tangan di museum islam istambul Turki dan penampakan di Pantai Parangtritis. Menurut Eni hal itu juga membuat museum ini terkesan mistis.
"Mungkin itu yang membuat museum ini mistis. Tapi itu memang menunjukkan yang berhubungan dengan jiwa raga, itu ada yang nggak masuk akal tapi itu ada. Mau di buktikan secara empiris itu susah. Kalau nyi Roro kidul itu mungkin aksesoris," ujarnya.
Eni pun berpesan kepada masyarakat atau siapapun yang telah mengetahui cerita tentang museum santet atau Museum Kesehatan ini untuk tidak takut akan hal-hal yang memang berbau mistis.
Pasalnya museum ini bisa untuk edukasi, riset, dan juga rekreasi, kami juga menyediakan kesempatan kepada akademisi atau masyarakat luas untuk melakukan penelitian
"Sebetulnya, kami bukan museum santet seperti apa yang disampaikan masyarakat. Museum ini museum kesehatan. Silahkan datang ke kami tidak seram, mengandung mistis. Jadi di museum kami tidak semata-mata untuk koleksi santet yang dikenal masyarakat selama ini," tuturnya.
Kontributor : Arry Saputra