Hari Tanpa Bayangan Hadir di Indonesia, Yuk Simak 6 Faktanya

Selasa, 08 Oktober 2019 | 17:55 WIB
Hari Tanpa Bayangan Hadir di Indonesia, Yuk Simak 6 Faktanya
Ilustrasi Hari Tanpa Bayangan (Pixabay/jplenio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fenomena hari tanpa bayangan akan kembali datang ke Indonesia. Tak cuma di Pontianak yang dikenal sebagai Kota Khatulistiwa, hari tanpa bayangan juga dapat dirasakan di kota-kota lain.

Saat hari tanpa bayangan tiba, masyarakat Indonesia dapat pergi keluar rumah saat siang hari dan menyaksikan bayangan menghilang dari benda-benda tegak yang ada di sekitar kita.

Fenomena unik ini sendiri sebenarnya terjadi setiap tahun. Bahkan, kota Pontianak memiliki festival sendiri untuk memperingati terjadinya hari tanpa bayangan ini, lho.

Namun, apa itu hari tanpa bayangan dan bagaimana proses terjadinya? Apakah hari tanpa bayangan berbahaya bagi kesehatan?

Baca Juga: Ditemukan Jam Matahari dan Jam Batu Lain Buatan Manusia Purbakala

Dirangkum Suara.com dari berbagai sumber, yuk simak beberapa fakta hari tanpa bayangan berikut ini!

Fenomena Hari Tanpa Bayangan (instagram.com/irmansyah_dahlan_thalib)
Fenomena Hari Tanpa Bayangan (instagram.com/irmansyah_dahlan_thalib)

1. Sering disebut juga kulminasi

Fenomena hari tanpa bayangan memiliki beberapa istilah. Dalam astronomi, fenomena ini lebih kerap disebut kulminasi, transit, atau istiwa.

Saat kulminasi terjadi, matahari akan berada tepat di atas titik zenith atau di atas kepala kita.

Inilah yang menyebabkan bayangan bertumpuk dengan benda, sehingga di mata kita bayangan pun tampak 'menghilang'.

Baca Juga: Yogyakarta Akan Alami Hari Tanpa Bayangan di 13 Oktober

2. Terjadi setahun dua kali

Hari tanpa bayangan sebenarnya masih berhubungan erat dengan peristiwa ekuinoks, yaitu saat ketika garis khatulistiwa Bumi sejajar dengan pusat matahari.

Ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun, normalnya pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Di belahan bumi utara dan selatan, ekuinoks disebut juga ekuinoks musim semi dan ekuinoks musim gugur.

Layaknya ekuinoks yang terjadi dua kali, maka hari tanpa bayangan di Indonesia pun dapat dinikmati dua kali dalam setahun.

Tugu Khatulistiwa Pontianak (Suara.com/Dinda)
Tugu Khatulistiwa Pontianak (Suara.com/Dinda)

3. Tidak memiliki dampak apa pun

Seperti pergantian musim, kulminasi atau hari tanpa bayangan merupakan fenomena yang senantiasa terjadi dan tidak perlu ditakutkan.

Satu-satunya dampak dari kulminasi adalah bayangan yang menghilang karena matahari berada tepat di atas kepala.

Efek lainnya, kulminasi dapat digunakan sebagai ajang untuk lebih mengenal pergerakan bumi dan matahari serta belajar astronomi.

4. Tidak terjadi secara serentak

Hari tanpa bayangan tidak berlangsung secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Sebaliknya, ada beberapa daerah yang sudah lebih dulu mengalami kulminasi sementara daerah lainnya belum.

Sebagai contoh, Pontianak yang tepat dilewati garis khatulistiwa akan mengalami kulminasi tepat saat ekuinoks terjadi, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Di hari itu pun, kulminasi baru terjadi pada pukul 11.50 WIB untuk tanggal 21 Maret 2019 dan 11.35 WIB untuk tanggal 23 September 2019.

Di sisi lain, daerah seperti Banda Aceh sudah mengalami kulminasi pada tanggal 9 September. Sementara, kota-kota di Pulau Jawa baru akan mengalami kulminasi mulai tanggal 9 - 13 Oktober nanti lho.

Fenomena Hari Tanpa Bayangan (instagram.com/kalbar_info)
Fenomena Hari Tanpa Bayangan (instagram.com/kalbar_info)

5. Bisa membuat telur berdiri tegak

Selain menghilangnya bayangan, peristiwa kulminasi juga identik dengan telur yang dapat berdiri tegak.

Hal ini dikarenakan gaya gravitasi matahari terhadap bumi akan bertambah kuat pada saat kulminasi terjadi.

Akibatnya, telur ayam pun dapat berdiri tegak tanpa dipegangi pada saat kulminasi terjadi. Biasanya, warga Pontianak juga akan ramai-ramai mendirikan telur dan menarik perhatian banyak wisatawan.

6. Tidak hanya terjadi di Indonesia

Selain Indonesia, kulminasi juga dapat dinikmati oleh negara-negara yang terletak di garis khatulistiwa.

Beberapa negara tersebut di antaranya adalah Brasil, Ekuador, Gabon, Somalia, Kenya, Maladewa, Republik Kongo, Uganda, dan Nauru.

Uniknya, Kota Pontianak di Indonesia adalah satu-satunya yang tepat dilintasi garis khatulistiwa. Tidak heran, Kota Pontianak pun terkenal dengan keberadaan Tugu Khatulistiwa yang bayangannya akan menghilang saat kulminasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI