Hari tanpa bayangan sebenarnya masih berhubungan erat dengan peristiwa ekuinoks, yaitu saat ketika garis khatulistiwa Bumi sejajar dengan pusat matahari.
Ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun, normalnya pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Di belahan bumi utara dan selatan, ekuinoks disebut juga ekuinoks musim semi dan ekuinoks musim gugur.
Layaknya ekuinoks yang terjadi dua kali, maka hari tanpa bayangan di Indonesia pun dapat dinikmati dua kali dalam setahun.
3. Tidak memiliki dampak apa pun
Baca Juga: Ditemukan Jam Matahari dan Jam Batu Lain Buatan Manusia Purbakala
Seperti pergantian musim, kulminasi atau hari tanpa bayangan merupakan fenomena yang senantiasa terjadi dan tidak perlu ditakutkan.
Satu-satunya dampak dari kulminasi adalah bayangan yang menghilang karena matahari berada tepat di atas kepala.
Efek lainnya, kulminasi dapat digunakan sebagai ajang untuk lebih mengenal pergerakan bumi dan matahari serta belajar astronomi.
4. Tidak terjadi secara serentak
Hari tanpa bayangan tidak berlangsung secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Sebaliknya, ada beberapa daerah yang sudah lebih dulu mengalami kulminasi sementara daerah lainnya belum.
Baca Juga: Yogyakarta Akan Alami Hari Tanpa Bayangan di 13 Oktober
Sebagai contoh, Pontianak yang tepat dilewati garis khatulistiwa akan mengalami kulminasi tepat saat ekuinoks terjadi, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.