Suara.com - HUT ke 263, Yogyakarta Memanusiakan Manusia Lewat Kebudayaan
Di usianya yang mencapai 263 tahun, Kota Yogyakarta harus mampu menjadi kota yang memanusiakan manusia melalui keluhuran budaya. Hal ini penting mengingat insiden dan gesekan antar pelajar masih sering terjadi di Yogyakarta. Hal ini dikatakan Wakil Gubermur DIY, Sri Paduka Paku Alam X saat membacakan sambutan Gubernur DIY dalam Wayang Jogja Night Carnival #4 sebagai rangkaian peringatan HUT Kota Yogyakara ke-263 di kawasan Tugu Pal Putih Yogyakarta, Senin (7/10/2019) malam.
"Mewujudkan kota pelajar yang sesungguhnya memang cukup berat. Semaikan budaya adiluhung, sebagai role model komunikasi dan pergaulan yang berkeadaban dan santun," ujarnya.
Apalagi Yogyakarta merupakan jantungnya peradaban Jawa. Aneka ragam budaya lahir atas eksistensi institusi kebudayaan, baik dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Pakualaman, maupun yang lahir dari olah cipta, rasa dan karsa masyarakat. Karenanya implementasi nilai-nilai budaya dan sastra yang lahir dari rahim peradaban Jawa nan agung ini diharapkan akan mencapai tataran sejahtera.
Baca Juga: Wayang Urang Ayu Terbakar Warnai Gelaran Wayang Jogja Night Carnival
Yogyakarta selama ini juga dikenal sebagai rumah bagi seluruh bangsa Indonesia. Kebhinekaan bagi Yogyakarta adalah tradisi. Di Yogyakarta Kraton, Kampung dan Kampus bisa mensinergikan potensi masyarakat dalam jalinan yang harmonis dan menyejahterakan.
"Sinergitas antara pengemban amanah budaya, masyarakat dan kaum intelektual bisa terjadi dengan cair, dimana saja dan kapan saja tanpa memerlukan sebuah rekayasa sosial," tandasnya.
Sementara terkait Wayang Jogja Night Carnival #4, Yetti Martanti, Show Director WJNC, sebelumnya menjelaskan tema yang dipilih kali ini “Ringgit Wanara Kagungan Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningra” atau dikenal dengan Wayang Kapi-kapi. Sebanyak 14 jenis Wayang Kapi-kapi ditampilkan dalam karnaval kali ini.
Wayang tersebut merupakan wayang milik Kraton Yogyakarta yang jarang diekspos. Padahal wayang ini unik karena memiliki bentuk perpaduan bagian tubuh hewan yang merepresentasikan kehidupan di dunia.
"Wayang Kapi-kapi sendiri mengajarkan agar kita harus saling mengayomi meski memiliki pribadi berbeda-beda, sangat pas untuk konteks seperti sekarang," jelasnya.
Baca Juga: Wayang Golek Nusantara Karya Benny Adrianto yang Sudah Mendunia
Kontributor : Putu Ayu Palupi