Serunya Bule Membatik Massal di Kain 100 Meter di Kampoeng Djadoel

Rabu, 02 Oktober 2019 | 18:44 WIB
Serunya Bule Membatik Massal di Kain 100 Meter di Kampoeng Djadoel
Bule membatik massal bersama warga di Kampung Batik Semarang atau Kampoeng Djadoel. (Suara.com/Adam iyasa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sementara untuk teknis membatik, dia sengaja meninggalkan pakem yang biasanya mencanting. Dua teknik sekaligus mewarnai dia pakai yakni celup dan colet, lebih cepat dan ramah lingkungan.

"Sistem celup tujuannya memaksimalkan hanya satu kali celupan, dan sistem colet dipakai karena tidak ada limbah yang terbuang, dan bisa menghasilkan warna-warni," katanya.

Menurut sejarah, kata Eko, batik Semarangan cukup banyak dipengaruhi oleh Cina, terutama pada warna-warni yang mencolok. Seperti warna merah dengam kombinasi merah muda dan tua yang tajam.

"Karena batik Semarang itu dipengaruhi budaya Cina, dan Cina suka yang warna cerah jadi motif dan pewarnaan membatik masal ini kita kembalikan ke tahun 1800 an kembali dengan motif klasik warna-warni," katanya.

Baca Juga: Hari Batik Nasional, Kenali 7 Corak Batik Terpopuler Indonesia

Selesai merampungkan membatik, kain sepanjang 100 meter itu selanjutnya akan dilakukan kembali pembatikan yang lebih sempurna. Lalu dicelup pewarnaan dan pemasakan.

"Prosesnya cukup lama, nanti kalau sudah jadi akan dilelang, tempatnya di sini juga lelangnya," katanya di sela-sela batik massal pada kain 100 meter di Kampoeng Djadoel.

Kontributor : Adam Iyasa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI