"Arswendo bicara juga tentang bahasa komik, kritik paling penting saat itu hadir komik surga neraka. Komik itu membuat trauma pada anak-anak, di neraka berteriak-teriak terus, kasihan roh jahat nggak mati-mati, itu di kritik habis," ungkap Salman.
Penulis naskah Bumi Manusia itu juga bersyukur bagaimana dirinya yang saat itu sebagai pembaca terkena 'racun' pemikiran Arswendo dan berhasil membuat dirinya menyukai komik. Bahkan Salman menjadikan komik sebagai bahan penelitiannya yang belum pernah dilakukan orang sebelumnya.
"Saya bersyukur saya kena racunnya sehingga saya suka komik, walaupun nggak idealis amat. Peran penting Arswendo disitu, seluruh tulisan yang selama ini jadi buku wasiat saya dalam meneliti, karena nggak ada referensi saya selain itu," ungkap Salman
"Meskipun itu kliping (koran tulisan Arswendo) buruk sekali, kertas buram menguning koran ikut menguning seperti kitab suci dan wasiat," sambungnya.
Baca Juga: 99,99 Komik Strip, Komik Viral Mahasiswa Medan yang Laku Dijual di 3 Benua
Setelah komik diterima, semakin banyak yang kembali memproduksi komik, membuat dan mencetaknya. Bahkan Sinema Bumi Langit yang belum lama ini booming setelah merilis Gundala, serta akan disusul superhero lainnya asal Indonesia juga diangkat dari komik.
Jadi, tanpa Arswendo mungkin komik Indonesia sulit berkembang dan diterima masyarakat hingga sekarang.
Untuk mengenang itu, Festival Cergam Komik itu Baik 2019 akan diselenggarakan selama 23 hari sejak 28 September hingga 20 Oktober 2019 dengan menampilkan beragam tulisan Arswendo, perjalanan komik Indonesia serta komik-komik dan cetakan pembuat komik dahulu.
Diadakan juga diskusi dan peluncuran buku Komik Itu Baik, bazaar komik, ilustrasi, merchandise juga art's talk atau kuliah umum tentang signifikansi budaya cergam wayang, dan berbagai kegiatan lainnha do Dia.lo.gue artspace, Kemang Selatan, Jakarta Selatan.
Baca Juga: 5 Aplikasi Baca Komik Gratis Paling Populer Versi Android