Suara.com - Mengenal Rio Koeswan, Lelaki Bali yang Raih Penghargaan di Dunia Animasi AS.
Apakah Anda termasuk orang yang memiliki pekerjaan saat ini berdasarkan hobi? Jika iya, maka Anda tampaknya bisa menginspirasi dan berbagi kepada orang lain layaknya lelaki satu ini yang bernama Rio Koeswan.
Rio Koeswan, warga Indonesia di Kanada yang berkecimpung di dunia animasi sebagai layout supervisor. Hobi menonton film kartun dan menggambar sejak kecil ternyata membuahkan sebuah prestasi bagi lelaki asal Bali, Rio Koeswan yang kini berkarir di dunia animasi di Kanada.
Rio Koeswan, bersama tim di studio animasi Jam Filled Entertainment yang berlokasi di Ontario, Kanada, berhasil meraih penghargaan di ajang Daytime Emmy Awards di Amerika untuk kategori serial animasi anak-anak atau "Outstanding Children's Animated Series" atas penggarapan serial televisi di jaringan Nickelodeon, bertajuk, "the Loud House."
Baca Juga: Tampilkan Animasi Edukatif, Google Rayakan 50 Tahun Apollo 11 Lewat Doodle
"Nickelodeon adalah klien kita di Amerika. Semua kerjaan kita di sini biasanya kliennya dari Amerika. "The Loud House itu kemarin menang di Emmy Awards. Jadi yang menang adalah (musim tayang ke-4)," jelas Rio Koeswan seperti mengutip VOAIndonesia.
Hobi menonton film kartun dan menggambar sejak masih berumur empat tahun ternyata menjadi salah satu faktor yang mendorong Rio Koeswan untuk terjun ke industri animasi. Kini di studio Jam Filled Entertainment, Rio menjabat sebagai layout supervisor.
“Layout adalah latar belakang. Jadi latar belakang yang belum diwarnakan. Jadi misalnya, programnya pakai Photoshop, jadi untuk kita menggambar, misalnya sebuah pohon atau rumah atau mobil yang (hitam dan putih) ya itu namanya layout,” jelas Rio Koeswan.
Lelaki yang lahir dan besar di Bali ini pindah ke Kanada pada tahun 2003, ketika baru berumur 19 tahun. Sempat melanjutkan SMA di Kanada, Rio lalu kuliah di Alqonquin College mengambil jurusan animasi selama tiga tahun. Sungguh beruntung karena di tahun 2006 yang juga adalah tahun ke-3 sebelum lulus kuliah, Rio sudah berhasil mendapat pekerjaan.
“Saya tanya sekolah, ‘bisa nggak saya sambil kerja sambil sekolah?’ Dia bilang bisa. Jadi saya kerja full time, tapi sekolahnya jadi (paruh waktu), cuman dapat diploma juga terakhirnya,” kata Rio.
Baca Juga: Studio Animasi di Jepang Terbakar, Sejumlah Orang Tewas
Selain di studio Jam Filled Entertainment, Rio juga pernah berkarir di beberapa studio lainnya, salah satunya Mercury Filmworks, studio besar di Kanada. Menurut Rio, di dalam industri animasi, berpindah-pindah studio untuk bekerja adalah hal yang biasa, karena biasanya para pelaku di industri ini adalah freelancer yang pekerjaannya terkait kontrak.
Namun, untuk menduduki posisinya yang sekarang sebagai supervisor, tidaklah mudah. Bahkan, waktu baru terjun ke dunia ini, ia tidak bisa langsung mengerjakan layout.
“Jadi kalau kita baru mulai, biasanya (batu loncatan pertama) itu jadi animator dulu,” ujarnya.
Setelah tiga tahun menjadi animator, Rio teringat akan hobinya menggambar layout saat masih sekolah dulu. Ia pun lalu berusaha membangun jaringan dengan para pelaku animasi di departemen-departemen lain.
Untuk mendapatkan pekerjaan di bidang layout, Rio pun rela bekerja delapan jam sebagai animator, lalu setelahnya meluangkan waktu untuk mengerjakan tes yang diberikan di rumah, hingga pada akhirnya tahun 2014, untuk pertama kalinya Rio menjadi layout supervisor di sebuah studio bernama, the Kratz Brothers, yang mengerjakan serial televisi yang sekarang tayang di layanan streaming online, Netflix. Hingga kini, Rio sudah terlibat dalam penggarapan sekitar 20 serial televisi, termasuk “Wild Kratz,” “Pinky Malinky,” “Final Space,” dan “the Loud House,” juga film-film yang berdurasi 90 menit misalnya, yang ditayangkan di televisi atau Netflix.
“Semoga nanti di tahun-tahun ke depan dapat kesempatan untuk bisa kerja di layar lebar ya,” ujarnya.
Saat ini Rio tengah sibuk terlibat sebagai supervisor untuk penggarapan serial “DC Super Hero Girls.” Sebagai supervisor, ia lebih banyak mengawasi sekitar lima anak buahnya. Namun, sebagai seniman yang sudah senior, ia masih suka diminta menggambar jika diminta membuat demo atau pilot untuk sebuah serial baru.
Rio berpesan, meskipun memiliki bakat, jika ingin terjun ke dunia animasi, harus rajin menggambar dan tidak lupa harus mau bekerja keras.
“Meskipun berbakat, kita bisa (gagal) juga,” jelasnya.
Berdasarkan pengalaman, Rio banyak memiliki teman sekolah yang tidak terlalu berbakat, namun adalah pekerja keras yang kemampuannya lalu bisa sejajar dengan mereka yang berbakat.
“Jadi yang berbakat harus terus bekerja keras juga,” paparnya.
Untuk ke depannya, Rio berencana berbagi ilmu dan bertukar pikiran dengan para pelaku industri animasi di Indonesia untuk mempelajari perkembangan terbaru, sekaligus mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh pelaku industri animasi di Kanada.