Suara.com - Berpagarkan Sungai Shyok dan Pegunungan Karakoram, tepat di ujung lembah Nubra Ladakh di India Utara, masyarakat Baltis berdiam.
Para penghuni Desa Turtuk ini merupakan kelompok etnis keturunan Tibet yang juga bermukim di kawasan Skardu Pakistan.
Mayoritas mereka menganut agama Islam Noorbakshia, sebuah aliran Islam Sufi.
Sehari-hari, penduduk setempat menggunakan Bahasa Balti dan mengenakan shalwar kameez, pakaian tradisional Pakistan yang kerap digunakan masyarakat Pakistan, Afghanistan hingga India Utara.
Desa Turtuk memang istimewa, meski secara administrasi terdaftar sebagai bagian Negara India yang didominasi Hindu, mayoritas masyarakatnya menganut Islam.
Sementara secara geografis, mereka hidup di kawasan Ladakh yang dihuni masyarakat Buddha, Ladakhi Tibet.
Hal ini tak lepas dari sejarah Desa Turtuk yang dahulu merupakan bagian Pakistan. Namun sejak tahun 1971, ketika tentara India mulai menduduki desa ini, Turtuk tak pernah lagi jadi milik Pakistan hingga hari ini.
Sebab sejarah yang melatarinya, pola makan masyarakat Balti penghuni Desa Turtuk pun berbeda dengan masyarakat India yang mengonsumsi varian kari dan daging ayam.
Sehari-hari, penduduk Balti kerap mengonsumsi mie soba berukuran besar yang berkelindan bersama daging yak, potongan aprikot, muskat, dan pasta kenari. Sajian utama ini kerap disantap bersama sop dan roti gandum.