Bertaruh Nyawa Demi Hitler, Kisah Menyedihkan Taster Makanan Sang Fuhrer

Jum'at, 20 September 2019 | 11:36 WIB
Bertaruh Nyawa Demi Hitler, Kisah Menyedihkan Taster Makanan Sang Fuhrer
Kanselir Jerman, Adolf Hitler dan kekasihnya Eva Braun sedang bersantap bersama di Berchtesgaden, Bavaria sekitar tahun 1937 - 1943. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Saat itu usianya masih 24 tahun. Ia didaftarkan sebagai pencicip makanan Hitler. Tugasnya, memastikan tidak ada racun di dalam makanan yang hendak disantap Sang Fuhrer.

''Tak pernah daging, karena Hitler adalah seorang vegetarian,'' ungkap Margot pada Spiegel Online.

Lima belas wanita yang menjadi pencicip makanan Hitler tersebut kerap menangis saat menyantap makanan-makanan hambar yang terdiri dari nasi, pasta, kacang polong, hingga kembang kol. Setiap hari, wanita-wanita itu selalu dirundung cemas, takut suapan pertama mereka sekaligus menjadi suapan terakhir kalinya.

''Beberapa dari kami begitu ketakutan hingga meneteskan air mata saat menyantap makanan itu,'' ungkap Margot pada RBB Berlin.

Baca Juga: Siapa Pimpin Pasar Layanan Pesan-Antar Makanan di Indonesia? GooFood...

''Kami harus menyantap semuanya. Lantas menanti hingga satu jam. Setiap jam, kami dirundung kepanikan, begitu khawatir keracunan. Lantas jika kami selamat, kami akan menangis terharu sejadi-jadinya seperti anak anjing,'' lanjut Margot.

Tak hanya mencicipi makanan, Margot dan wanita-wanita muda itu juga dipaksa melayani nafsu bejat para perwira SS.

Margot beruntung, seorang prajurit menyelamatkan hidupnya di akhir 1944. Ia kemudian melarikan diri menggunakan kereta propaganda menteri Josef Goebbels.

Namun nasib buruk tak serta merta beranjak dari kehidupan Margot. Saat Prusia jatuh ke tangan tentara merah Uni Soviet, ia jadi bulan-bulanan mereka.

''Tentara merah membuka pakaian kami, dan menyeret tubuh kami ke flat kedokteran. Kami ditahan di sana dan diperkosa selama 2 minggu. Tempat itu merupakan neraka dunia. Mimpi buruk tak pernah sirna,'' tutur Margot.

Baca Juga: 3 Makanan Legendaris Khas Pontianak Ini Asli Manjakan Lidah!

Saat PD II berakhir, Margot nan terpuruk sempat bertemu Norman, seorang tentara Inggris. Norman meminta Margot pindah bersamanya ke Britania Raya, namun Margot memilih mencari keberadaan suaminya, Karl.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI