Suara.com - Menpar Arief Yahya Sebut 4 Persoalan Mandeknya Wisata Kuliner Indonesia.
Kuliner memiliki kontribusi paling besar dalam industri pariwisata Tanah Air. Sejauh ini kuliner menyumbang sekitar 30-40 persen dari dan untuk ekonomi kreatif.
Hal itu dikatakan oleh Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya. Namun, ia menyayangkan wisata kuliner Indonesia masih sulit bersaing dengan kuliner-kuliner negara lain yang memiliki kuliner nasional khas.
"Malaysia punya nasi lemak yang menjadi kuliner nasionalnya dan Singapura punya laksa. Nah, kita tidak punya satu saja kuliner yang ditetapkan sebagai kuliner nasional," ungkap Menteri Arief Yahya saat ditemui Suara.com saat membuka konferensi pers WICSF 2019, Selasa (17/9/2019).
Baca Juga: Dukung Jokowi Rekrut Menteri Milenial, Golkar: Bisa Jadi Menpora - Menpar
Lebih lanjut, ia menyebut empat masalah yang membuat kuliner Indonesia mandek dan sulit bersaing dengan negara lain.
"Pertama, saya sudah sebutkan tadi. Akibat terlalu banyak ragam kuliner daerah jadi sulit menentukan mana yang mau dijadikan kuliner nasional. Akhirnya saya bikin 5 kuliner khas Indonesia. Yaitu soto, rendang, sate, nasi goreng, dan gado-gado. Tapi BEKRAF juga bikin satu, yaitu soto. Saya imbau semua restoran Indonesia di dunia harus menyiapkan menu ini," paparnya.
Kedua, sambungnya, tidak punya destinasi wisata khusus kuliner. Semua destinasi menyajikan kebutuhan wisata umum, tidak ada yang spesifik. Tapi akhirnya Kementerian Pariwisata (Kemenpar) membuat tiga destinasi kelas dunia. Yaitu, Ubud, Yogyakarta, dan Bandung. Di sana juga wajib menyediakan kuliner khusus untuk vegetarian karena kebutuhannya sama seperti muslim butuh makanan halal.
"Ketiga tidak punya banyak restoran di luar negeri. Dulu saya menjanjikan mendirikan 10 restoran tapi gagal karena tidak ada anggaran. Akhirnya saya membranding restoran yang sudah ada. Saya beri pendanaan untuk promosi wisata juga. Pokoknya harus disediakan kuliner yang paling utama dari Indonesia," tambahnya.
Keempat, masalah pajak dan tidak ada factory outlet. Ini ada kaitannya dengan wisata belanja. Menteri Arief ingin ada kebijakan tax refund dan satu kawasan yang berjajar factory outlet. Jadi wisatawan bisa belanja sambil menikmati kuliner. Hal inilah yang menjadi persoalan mandeknya wisata kuliner Indonesia
Baca Juga: Menpar Sebut Makam Buyut Ma'ruf Amin Berpotensi Jadi Lokasi Wisata Religi