Suara.com - Kemunculan tas replika atau palsu saat ini sudah menjadi hal yang lumrah. Tentu karena banyak orang ingin pakai namun budget tidak mencukupi untuk beli tas asli dari brand mewah.
Terkadang karena terlalu mirip, pembeli jadi sangat susah membedakan mana yang asli dan palsu. Masalah ini pun tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga banyak negara termasuk Amerika Serikat.
Seperti dilansir dari Hypebeast, LVMH, grup yang menaungi label mewah seperti Louis Vuitton, Christian Dior, Sephora, Fendi dan lain-lain, tampak serius soal fenomena ini.
Lewat edisi ketiga program La Maison des Startups, mereka memilih layanan otentikasi Entrupy sebagai salah satu 26 perusahaan yang akan berpartisipasi dalam proses inkubasi.
Baca Juga: Ngemper di Paris, Nikita Mirzani Pakai Tas Mewah Senilai Ratusan Juta
Didirikan pada 2012, Entrupy adalah aplikasi kecerdasan buatan (AI) dan perangkat mobile yang bertujuan untuk membantu menghentikan pemalsuan memasuki rantai distribusi.
Dari 26 perusahaan yang dipilih oleh LVMH, Entrupy adalah satu-satunya yang membahas otentikasi produk. Saat ini, start up tersebut berfokus pada tas mewah.
Entrupy kini dapat melakukan verifikasi terhadap 15 merek berbeda, termasuk Balenciaga, Chanel, Dior, Fendi, Gucci, Hermes, dan Louis Vuitton.
Sistem kecerdasan buatan Entrupy mengumpulkan serangkaian gambar berdasarkan sekitar 500 titik data per kantong untuk menentukan apakah barang tersebut asli atau tidak.
Hasilnya bisa diperoleh dalam waktu empat detik dan sistem telah terbukti 99,1 persen akurat.
Baca Juga: Cuma Seukuran Ponsel, 2 Tas Mewah Ini Harganya Lebih Mahal dari DP Mobil
Kabarnya, Entrupy berpeluang besar kolaborasi dengan organisasi pemerintah, pengecer, toko online dan bahkan reseller pihak ketiga dalam upaya memerangi pasar produk palsu yang kian merajalela.