Suara.com - Kepedulian atas kondisi pendidikan di Indonesia yang dinilai memiliki teknik pengajaran yang terlambat untuk berinovasi, tentunya mempengaruhi segala hal. Salah satunya adalah kurang maksimalnya guru dalam mencetak siswa-siswa berprestasi yang mampu bersaing dalam tingkat global.
Padahal, menurut Aziz Hasibuan, tim pelibatan publik Bantu Guru Belajar Lagi (BGBL) sangat banyak guru yang memiliki semangat berinovasi, namun memiliki tantangan dalam knowledge transfer.
"Karena selama ini yang kita tahu, pendidikan di Indonesia, mayoritas dapat digambarkan dengan suasana seperti ini, guru mengajar di depan kelas, murid mendengarkan dan mencatat. Perubahan konten pengajaran relatif pun lambat atau tidak berubah," jelas dia kepada Suara.com, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Aziz mengungkap, semangat para guru ini harus diwadahi dengan informasi mengenai pendekatan merdeka belajar atau yang dikenal dengan self-regulated learning.
Baca Juga: Rumah Cemara, Komunitas "Marjinal" Unjuk Gigi di Homeless World Cup Inggris
Sebuah pendekatan untuk mengajak para guru bisa menemukan masalah di lingkungannya, menciptakan solusi mandiri, dan mengevaluasi solusi tersebut untuk perbaikan yang berkelanjutan.
Inilah yang membawa sekelompok orang yang peduli dengan pendidikan anak di Indonesia mendirikan Bantu Guru Belajar Lagi. Dengan adanya BGBL, kata dia, diharapkan komunitas guru di Indonesia bisa menerapkan pendekatan merdeka belajar.
Dalam komunitas ini, Bantu Guru Belajar Lagi membuka kesempatan bagi seluruh guru dan pendidik di Indonesia untuk saling berbagi pengalaman, materi ajar, dan berdiskusi produktif mengenai masalah yang dialami selama mengajar. Tujuan dari komunitas ini adalah membantu guru merdeka belajar.
Ada beberapa program dan kelas yang diberikan untuk para guru yang tertarik mengikutinya. Salah satunya ialah Kelas Pelatihan Gratis bagi guru. Saat ini, kata Aziz, sudah tersedia bagi guru-guru asal Kota Bekasi, Jawa Barat. Kelas ini mempertemukan guru dengan profesional di bidangnya masing-masing.
Melalui program ini, guru akan dapat terupdate dengan kebutuhan di dunia kerja, dan memahami perkembangan inovasi dan teknologi. Acara ini diadakan setiap bulan.
Setelah itu, mereka akan mengikuti Kelas Guru Penggerak, yang diperuntukkan bagi guru-guru yang tertarik menjadi penggerak komunitas untuk membangun komunitas guru belajar di daerahnya.
Baca Juga: Seruan Komunitas Diet Kantong Plastik, Saatnya Alam Bebas Plastik!
Dalam kelas ini, guru penggerak akan dibekali dengan cara memulai, mengelola, dan menggerakkan komunitas guru untuk dapat belajar bersama. Demi menjadikan guru di Indonesia merdeka belajar.
Acara ini diadakan setahun sekali, bila ingin bergabung, guru harus mendaftarkan diri lewat situs BGBL, mengirimkan surat motivasi, juga menunjukkan kesungguhannya untuk menjadi agent of change di dunia pendidikan.
Sat ini, kata Aziz, Bantu Guru Belajar Lagi menjalankan langsung komunitas guru belajar di Bekasi, Jawa Barat untuk dapat dijadikan rujukan. Hingga tahun ini, sudah terdapat kurang lebih 50 orang guru yang berperan sebagai agen perubahan untuk membantu guru-guru lain memahami pendekatan merdeka belajar.
"Jadi, setelah mereka mengikuti rangkaian kegiatan kami, goals-nya adalah kami bisa menciptakan Komunitas Guru Penggerak, perannya adalah memberi tahu pentingnya mengenai guru merdeka belajar itu," jelasnya.
Untuk mendapatkan update mengenai pendaftaran, ikuti terus instagram @bantugurubelajarlagi. Tertarik mengikutinya?