Suara.com - Maskapai United Airlines tengah berduka. Pasalnya, salah satu mantan pilot mereka yang bernama Al Haynes baru saja dikabarkan meninggal dunia.
Al Haynes adalah seorang pilot yang sukses menyelamatkan 184 nyawa pada kecelakaan pesawat tahun 1989 silam. Saat itu, dirinya sukses mendaratkan pesawat yang mengalami kerusakan parah.
Mengutip laman CNN Internasional, Haynes dan awak kabin di pesawatnya saat itu tengah terbang ke Chicago ketika mesin di ekor pesawat mendadak rusak.
Total, ada 110 penumpang dan 1 awak kabin yang meninggal karena kecelakaan tersebut.
Baca Juga: Pilot Ini Dilarang Terbangkan Pesawat Usai Kirim Pesan Ingin Bunuh Diri
Namun, tanpa pendaratan darurat yang dilakukan Al Haynes, jumlah korban bisa saja lebih banyak.
Dikisahkan, pesawat Haynes saat itu tengah terbang dari Denver ketika suara ledakan keras tiba-tiba terdengar diikuti getaran.
Usut punya usut, suara tersebut berasal dari mesin kipas yang patah dan terlepas dari bagian ekor. Belum lagi, kipas tersebut berhasil memotong saluran hidrolik pesawat dan merusak kendali serta kontrol kecepatan.
"Ketika mesin gagal, pesawat mulai berbelok ke kanan dan mulai berputar," ujar Haynes pada CNN di tahun 2013 silam.
"Jika kami tidak menghentikan itu dan pesawat terlanjur berputar, aku yakin jika hidung pesawat akan jatuh dengan cepat dan kami tidak mungkin mengontrolnya."
Baca Juga: Diduga Pilot Pingsan di Tengah Penerbangan, Pesawat Ini Mendarat Darurat
Untunglah, Haynes selaku kapten bersama kopilot Bill Records, insinyur Dudley Dvorak, dan instruktur Dennis Fitch berhasil mengendalikan pesawat dengan cara menyesuaikan pengaturan pada dua mesin yang tersisa.
Haynes bahkan menyamakan peristiwa itu dengan menyetir mobil tanpa kemudi, namun lebih susah dan lebih berbahaya.
Pada akhirnya, pesawat pun berhasil mendarat darurat di bandara Sioux City. Sementara, awak kabin berusaha untuk menenangkan dan menyiapkan penumpang.
"Salah satu penumpang mengira jika dia mengalami serangan jantung dan pramugari berhasil menenangkannya. Dia tidak mengalami serangan jantung, dia hanya benar-benar cemas," tambah Haynes.
Usai kecelakaan tersebut, video pendaratan darurat yang dilakukan Haynes pun diputar ulang di TV selama berbulan-bulan.
Pihak berwenang bahkan mencoba untuk melakukan reka ulang pendaratan darurat lewat simulasi penerbangan. Namun, simulasi itu terus-menerus gagal untuk melakukan pendaratan darurat.
Karena jasanya ini, Haynes pun akan dikenang sebagai seorang pilot yang profesional dan superior dalam mengendalikan pesawat.
"Kami berterima kasih untuk jasanya selama bekerja di United dan untuk upayanya dalam Penerbangan UA232 pada 19 Juli 1989. Warisannya akan terus dikenang," ujar United Airlines.
Al Haynes bahkan hendak disebut sebagai pahlawan berkat jasanya menyelamatkan 184 nyawa. Namun, dirinya menolak gelar itu dan mengatakan jika 'pahlawan' tidak cocok disandingkan dengan namanya.
"Setiap kali dia membicarakan hari itu, dia berbicara tentang awak kabin lainnya. Dia berbicara tentang pramugari. Dia berbicara tentang penumpang yang melakukan apa yang mereka perlu lakukan, dan dia membicarakan petugas emergensi, serta komunitas yang datang menolong," ungkap direktur pelayanan emergensi Gary Brown.
"Al adalah kapten yang rendah hati. Dia mencintai keluarganya. Dia mencintai komunitasnya. Dia mencintai pekerjaannya. Dan awak kabin Flight 232 telah menjadi keluarganya."