Suara.com - Berbicara soal traveling keliling dunia, pesawat tentunya menjadi moda transportasi utama yang terlintas di pikiran. Selain cepat, pesawat juga praktis dan dapat menjangkau banyak negara.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi pasangan traveler asal Perancis bernama Margaux Dewitte dan Julien Espaze. Selama beberapa bulan terakhir, keduanya menghabiskan waktu di Hongkong di atas kapal Goom Guda--bahasa Korea untuk "bermimpi".
Ya, berbeda dengan travelers lainnya, Dewitte dan Espaze memilih untuk traveling tanpa menggunakan pesawat.
Keduanya meninggalkan pekerjaan mereka sejak Oktober 2016 silam, kemudian memutuskan untuk berkeliling dunia dengan cara yang lebih etis bagi lingkungan.
Baca Juga: Gara-gara Awan, Traveler Ini Ketahuan Suka Edit Foto Liburan
Totalnya, Dewitte dan Espaze sendiri sudah mengunjungi 25 negara, menyusuri lebih dari 60.000 km jalur darat, dan berlayar dengan dua kapal. Keduanya juga sudah ikut dalam 10 misi sukarelawan demi mendapat tempat tidur dan makanan.
Sayangnya, kapal mereka kini mengalami kerusakan akibat cuaca buruk. Dewitte dan Espaza pun dikabarkan tengah mencari tumpangan kapal untuk melanjutkan perjalanan dari Hongkong.
"Kami ingin segera berlayar di laut lagi, dan membuka bab baru dalam petualangan kami. Kami tidak mencari posisi yang dibayar, karena kami cukup baru soal berlayar di laut. Kami hanya butuh kru yang bersahabat, kapal jenis apa pun, ke destinasi mana pun. Kami punya asuransi, tidak merokok, dan jago memasak," ujar keduanya seperti dilansir dari SCMP.
Bukan cuma ramah lingkungan, pasangan asal Perancis ini juga diketahui lebih hemat dibandingkan travelers lainnya. Total, mereka menghabiskan 1.000 euro atau sekitar Rp 15,5 juta saja per tahunnya.
"Kami memiliki waktu yang tepat untuk petualangan ini. Kami sama-sama baru keluar kerja, tidak punya utang, dan tidak memiliki anak. Dan karena kami tidak punya rencana, kami cukup ekstrem dalam mengikuti aturan 'keluarkan uang sesedikit mungkin'," tambah Espaze.
Baca Juga: Waspada, Ini 6 Negara Paling Berbahaya untuk Solo Traveler Perempuan
Namun, keduanya juga menyebutkan bahwa mereka bukanlah begpacker. Untuk setiap makanan atau penginapan yang diperoleh, mereka akan bekerja dan membantu komunitas yang ada.
"Jika kami tinggal bersama tuan rumah, maka kami akan membantu: kami memasak, membersihkan, memberi pelajaran bahasa. Jika kami naik kapal, kami akan bekerja sebagai kru."
Walau perjalanan keduanya terkesan merepotkan, namun Espaze dan Dewitte tetap memilih melakukannya demi mengurangi jejak karbon.
"Di pekerjaan kami sebelumnya kami banyak naik pesawat," ujar Dewitte. "Tapi kami tidak menyalahkan orang-orang yang terbang. Kami hanya mempromosikan cara baru untuk traveling."
Diketahui, kampanye soal bahaya jejak karbon pesawat bagi lingkungan memang tengah gencar dilakukan. Bahkan, di Swiss, muncul gerakan menolak naik pesawat.
Dewitte dan Espaze sendiri mengabadikan pengalaman traveling lewat Instagram dan blog resmi mereka.
Selain pengalaman keliling dunia tanpa pesawat, keduanya juga membagikan saran seputar traveling hingga tips mengambil foto.
"Petualangan ini telah menunjukkan bahwa aku ingin menjadi bos untuk diriku sendiri. Ini membuatku sadar betapa beruntungnya diriku, dan betapa sedikitnya barang-barang material yang kubutuhkan," pungkas Dewitte.