Suara.com - Membahas soal bahagia, semua orang memiliki definisi berbeda. Ada yang merasa bahagia jika kaya raya, punya pasangan sempurna, atau selalu berhasil menggapai impian yang ditargetkan. Benarkah itu bahagia?
Praktsi emotional healing and mindfulness Adjie Santosoputro mengatakan, belum tentu. Bahkan memiliki segala-galanya tidak menjamin seseorang hatinya bahagia. Bahagia adalah tentang mencintai diri sendiri.
"Kalau diliat dari sudut pandang kebanyakan orang, bahagia itu, kan, seperti memanjakan diri. Padahal itu bukan cara membahagiakan diri yang benar. Seharusnya mencintai diri sendiri adalah dengan peduli terhadap kesehatan fisik, terutama mental, agar hati bahagia. Paling tidak berupaya mengatasi stres, ketika level stres dirasa sudah hampir melampaui batas," ungkap Adjie Santosoputro berbincang dengan Suara.com belum lama ini di Jakarta.
Lulusan psikologoi Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini menerangkan, ada dua cara untuk mengukur stres, pertama lewat bantuan pakar, psikolog atau psikiater. Kedua adalah sadar diri.
Baca Juga: Ajarkan Mindfulness, Reza Gunawan Ajak Masyarakat Sehat Sejak dalam Pikiran
"Berkonsultasi dengan pakar tentang kesehatan mental. Apakah kita sudah menerima jalan hidup yang ada saat ini atau masih ingin mendapatkan bahagia sesuai standar kebanyakan orang. Sedangkan sadar diri adalah menyadari bahwa seperti inilah realita hidup sehingga tidak lagi muluk-muluk menginginkan sesuatu yang sulit dijangkau," ucapnya.
Adjie Santosoputro yang sempat diundang oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), ke istana presiden untuk mengajarkan ilmu bahagia kepada generasi muda ini kemudian berbagi cara menemukan hati yang bahagia secara batin, bukan lahiriah.
"Saya ini bukan motivator. Karena motivator bertugas mengajak orang untuk selalu bersemangat meraih impian yang dapat diukur secara lahiriah. Sedangkan saya mengajak orang belajar menerima. Bahwa ada hal-hal dalam hidup yang pada kenyataannya tidak bisa diraih. Saya mengajak orang belajar menerima keadaan. Ikhlas menerima realita. Saya berbagi ilmu sambil terus melatih diri menjadi orang yang ikhlas," sambungnya.
Untuk mendapatkan mental yang sehat, lanjutnya, seseorang harus bisa ikhlas. Hal-hal yang telah dipelajari oleh pria yang lulus cumlaude ini tentang mindfullness adalah tentang santai menikmati dinamika hidup tanpa harus tergesa-gesa ingin meraih sesuatu.
"Tidak usah terburu-buru meraih impian. Anda perlu sadar diri. Itulah yang menuntun kita menjadi pribadi ikhlas. Memahami bahwa hidup ini adalah perjalanan mengikhlaskan. Bukan mencapai target - target yang standarnya ditentukan oleh kebanyakan orang," jelasnya.
Baca Juga: Mengenal 5 Aktifitas Mindfulness, Tren Ritual Baru Biar Bahagia dan Cantik
Menurut Adjie, memaksakan diri meraih bahagia dengan cara memenuhi target sesuai standar kebanyakan orang hanya akan membuat diri sakit. Bukan saja secara mental, tetapi juga fisik.