Sustainable Fashion Bikin Industri Rugi? Ini Penjelasan Pakar

Sabtu, 31 Agustus 2019 | 09:15 WIB
Sustainable Fashion Bikin Industri Rugi? Ini Penjelasan Pakar
Ilustrasi sustainable fashion yang ramah lingkungan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sustainable Fashion Bikin Industri Rugi? Ini Penjelasan Pakar

Sustainable fashion membuat bahan pakaian hingga proses pembuatannya ramah lingkungan. Hal ini membuat cost alias biaya produksi yang dikeluarkan desanier hingga industri fashion semakin besar.

Muncul pertanyaan, apakah produk sustainable fashion bikin industri merugi?

Pemahaman itu rupanya dinilai tidap tepat oleh National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma. Menurutnya, fashion ramah lingkungan ialah mengubah pola mindset agar industri mengurangi sampah dan tidak menghasilkan limbah yang sulit terurai.

Baca Juga: Bertajuk Sustainable Fashion, MUFFEST 2020 Siap Tampil Lebih Meriah

"Tujuan akhirnya adalah kita berusaha mengurangi kotoran fashion di lingkungan kita, yang mana akan meningkatkan kesejahteraan si pelakunya juga kalau mereka mengerti caranya membuat sustainable fashion," ujarnya di Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2019).

National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma. (Suara.com/Dini Afrianti)
National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma. (Suara.com/Dini Afrianti)

"Bukan malah mengurangi penghasilan, bukan malah membuat PR di perusahaan masing-masing, tidak," lanjut Ali lagi.

Bukan hanya pelaku industri fashion, Ali juga menyebut sustainable fashion ini akan merubah pola pikir penggunanya, dan berpikir sebelum membeli busana. Setelahnya bidang dan desain baru akan semakin ngtren dan banyak diminati, lalu membuka peluang penghasilan baru.

"Innernya mungkin yang bisa awet banget bukan yang sering dipake terus dibuang. Bagaimaana kita juga mendidik para konsumer untuk merawat pakaiannya supaya itu awet, minimum itu. Dan pakaian-pakaian yang memang tidak merusak alam contohnya mungkin kalau polyester itu susah (diurai alam)," paparnya.

Jikapun terpaksa membeli baju berbahan polyester, kata Ali tidak masalah asal dipakai dalam rentang waktu cukup lama, seperti 10 tahun misalnya. Cara itu akan sangat berpengaruh, dibanding beli bahan ramah lingkungan akan tetapi setiap 10 hari sekali.

Baca Juga: Menpar Ajak Mahasiswa Garap Sustainable Tourism, Ini Benefitnya

"Di lain sisi kelihatannya berlawanan dengan industrinya. Kok disarankan harus tidak membeli banyak banyak produk? supaya tidak ini (merusak), bukan seperti itu. Kita beli produk yang matter atau yang ada maknanya gitu. Jadi jangan sekedar beli saja gitu. Jadi beli produk yang bermakna gitu," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI