"Mereka dikorbankan untuk meredakan fenomena El Nino, dan menunjukkan tanda-tanda dibunuh saat udara sedang basah," tambahnya.
Selain di Huanchaco, situs serupa juga pernah ditemukan di dekat sana. Total, ada 269 kerangka anak-anak dan 466 kerangka llama yang ditemukan tahun lalu.
Semua kerangka pun ditemukan dalam keadaan menghadap ke arah laut.
Mirisnya lagi, beberapa kerangka tersebut juga terlihat masih memiliki rambut dan kulit.
Baca Juga: Arkeolog UI dan Italia Ungkap Situs Galangan Kapal Tertua di Asia Tenggara
Meski sudah ratusan kerangka anak ditemukan, namun arkeolog Feren Castillo menyebutkan jika masih ada kerangka lain yang mungkin akan ditemukan di kemudian hari.
Hal ini karena masyarakat saat itu percaya bahwa tumbal dan pengorbanan merupakan satu-satunya cara untuk membujuk dewa-dewi agar menghentikan hujan dan iklim buruk.
"Ini tidak bisa dihentikan, pengorbanan dengan anak-anak ini. Di mana pun kau menggali, ada kerangka lain ditemukan."
Peradaban Chimu sendiri berakhir pada tahun 1475 setelah daerah Peru dikuasai oleh suku Inca.
Sementara, ritual pengorbanan anak tersebut diperkirakan berlangsung pada tahun 1200 hingga 1400-an.
Baca Juga: Menyisir Medan Ekstrem Menuju Ciudad Perdida, Kota Purba di Pedalaman Peru
Untunglah, seiring berjalannya waktu, ritual pengorbanan anak tak lagi dilakukan untuk menghalau cuaca buruk yang disebabkan oleh El Nino.