Suara.com - Tahukan kamu mengenai sejarah Tari Cokek di Indonesia? Menurut informasi yang dihimpun Suara.com dari komunitas Indonesia.id, Tari Cokek merupakan tarian perpaduan antara tari tradisional Tiongkok, Sunda-Betawi, dan pencak silat yang diiringi oleh musik Gambang Kromong.
Karena dianggap dapat memberi energi positif, Tari Cokek dipilih menjadi tarian solidaritas yang sajikan oleh komunitas Indonesia.id dalam agenda flash mob untuk memeriahkan HUT RI ke-74 tahun.
Sejarah Tari Cokek bermula sejak abad ke-19, dibawa oleh pedagang Tiongkok bernama Tan Sio Kek yang kerap mengadakan pesta di rumah sembari menyuguhkan permainan musik khas Tiongkok dengan instrumen rebab dua dawai yang dipadukan dengan alat musik tradisional Betawi, seperti suling, gong, dan kendang.
Dari permainan musik ini, para tamu yang datang ikut menari mengikuti irama dari tetabuhan yang dimainkan, sehingga lambat laun terciptalah tarian yang bernama Cokek ini.
Baca Juga: Syahdunya Tari Klasik Jawa di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo Yogyakarta
Kata Cokek sendiri berasal dari Cukin yang artinya selendang. Sebelum terkenal dengan sebutan Tari Cokek, tarian ini lebih dulu dikenal dengan sebutan Tari Sipatmo yang ditampilkan pada upacara adat di klenteng atau wihara.
Salah satu gerakan yang terlihat menjadi ciri utama Tari Cokek adalah gerakan maju mundur, memutar, berjinjit, menggelengkan kepala, serta memainkan kelentikan kedua tangan hingga berputar-putar seirama dengan alunan musik gambang kromong yang terdiri dari instrumen alat musik gambang, kromong, suling, gong, gendang, kecrek, dan sukong, tehyan, atau kongahyan.
Makna Setiap Gerakan Tari Cokek
Tari Cokek sendiri dianggap memiliki makna bahwa dalam hidup bermasyarakat harus selalu menjaga hati yang bersih.
Contohnya gerakan tari dengan tangan ke atas yang memberi makna manusia hanya bisa memohon kepada Tuhan Maha Kuasa; gerakan tangan yang menunjuk mata menjadi simbol bahwa manusia sepatutnya menjaga mata kita dari hal-hal yang tidak baik. Gerakan tangan menunjuk kening yang menandakan manusia harus selalu berpikiran baik; dan gerakan tangan menutup mulut yang menandakan manusia harus selalu berkata baik.
Hingga saat ini, Tari Cokek masih kerap dipentaskan baik dalam acara-acara budaya maupun dalam acara kemasyarakatan Betawi.
Baca Juga: Semarak Tari Telek Kolosal di Festival Semarapura 2019
Sebagai upaya merawat keberagaman budaya Indonesia, komunitas Indonesia.id menggelar acara bertajuk Flash Mob Jakarta Cokekan pada Minggu, 18 Agustus 2019 lalu sebagai upaya melestarikan budaya bangsa.