Lebarkan Sayap Batik Kultur, Dea Valencia Rangkul Karyawan Difabel

Senin, 19 Agustus 2019 | 09:31 WIB
Lebarkan Sayap Batik Kultur, Dea Valencia Rangkul Karyawan Difabel
Dea Valencia. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kalau bukan karena mereka, kata Dea Valencia, mungkin Batik Kultur tak akan pernah bisa berkembang seperti saat ini. Bahkan, Dea mengungkap jika dirinya tak bisa menjahit.

"Jadi, kalau pelanggan beli baju di Batik Kultur, di tag-nya akan ada cerita dari setiap para penjahit yang mengerjakan baju ini. Siapa namanya, bagaimana kehidupannya, anaknya berapa, dan lainnya," ungkapnya lagi.

Menurutnya, setiap potongan kain yang diproduksi menjadi baju di Batik Kultur, memang hanya dikerjakan oleh satu orang saja. Dalam satu hari mereka menghabiskan berjam-jam, untuk mengukur, memotong, menjahit, mengobras hingga menjadi pakaian cantik yang bisa gunakan.

Dea Valencia bersama karyawan difabel Batik Kultur. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Dea Valencia bersama karyawan difabel Batik Kultur. (Suara.com/Dinda Rachmawati)

Awal mula Batik Kultur

Baca Juga: Nasib Ustaz Abdul Somad Disebut Bisa Seperti Ahok

Sejak kecil, Dea sudah dikenalkan dengan Batik dan berdagang Batik Lawasan milik ibunya. Namun keinginan Dea untuk memiliki dan menjual baju-baju cantik seperti yang ia mau sangat besar.

Dea mulai terpikir untuk mengunting-gunting Batik Lawassn yang ia jual dan kemudian dijahit dengan model yang diinginkan. Berawal dari satu orang penjahit di sudut rumahnya, kisah Batik Kultur dimulai pada 2011 silam, saat usianya masih sangat belia, yakni 16 tahun.

Dea sendiri yang mendesain produk Batik Kultur. Karena tak bisa menggambar, ia mengandalkan imajinasi lalu ditransfer ke seorang juru gambar kepercayaannya.

Untuk batik sendiri, ia bekerjasama dengan para pengrajin Batik dari beberapa daerah di Indonesia, di antaranya Cirebon, Pekalongan dan Sragen untuk membatik sesuai dengan baju-baju yang akan dijahit.

"Jadi semua motif batik yang saya jual desainnya adalah hasil karya saya sendiri," ungkapnya.

Baca Juga: Menyentuh, Aksi Kru Bus Sugeng Rahayu Ini Patut Diacungi Jempol, Kenapa?

Tak heran, Batik Kultur mendapat respon yang luar biasa dari pemasaran digital yang memang marak dalam beberapa tahun terakhir. Dea mengakui, kesuksesan Batik Kultur tak lepas dari peran media sosial seperti Facebook dan Instagram.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI