Hal itu disebut Kunto tak lepas dari peran pemerintah dan pelaku pariwisata yang secara konsisten terus membantu memulihkan kondisi Tanjung Lesung seperti semula.
"Dua sampai tiga bulan pasca tsunami itu volume pengunjung menurun drastis, boleh dibilang (turun) hampir 95 persen," beber Kunto.
"Tapi setelah itu kembali naik signifikan. Sebelum tsunami kita per bulan bisa menjaring 50 ribu pengunjung, sementara saat ini masih 35 ribuan," tambahnya.
Di samping itu, pihak BWJ menurut Kunto, juga mencoba melakukan rebranding alias membangun ulang citra Tanjung Lesung sebagai tempat pariwisata yang aman dan nyaman untuk dikunjungi.
Baca Juga: HUT RI di KEK Tanjung Lesung: Merah Putih Berkibar di Darat, Laut dan Udara
"Salah satu yang kita lakukan adalah rebranding. Kami mengubah nama pantai, dari Beach Club menjadi Lalassa Tanjung Lesung New Beach Club," beber Kunto.
Untuk diketahui, "lalassa" sendiri memiliki arti cinta dalam Bahasa Sansekerta.
"Kita tak bisa hidup di masa lalu, dan (harus) menatap ke depan. Agar stigma itu tak menempel terus-menerus, maka kita rebranding namanya," pungkasnya.