Hindari Limbah Kain, Industri Fesyen Kini Lirik Bahan Ramah Lingkungan

Jum'at, 16 Agustus 2019 | 20:57 WIB
Hindari Limbah Kain, Industri Fesyen Kini Lirik Bahan Ramah Lingkungan
Hindari Limbah Kain, Industri Fesyen Kini Lirik Bahan Ramah Lingkungan [Suara.com/Dini]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hindari Limbah Kain, Industri Fesyen Kini Lirik Bahan Ramah Lingkungan.

Bukan hanya limbah plastik yang dihasilkan dari masyrakat, tapi dunia industri mode juga menyisakan limbah pakaian atau kain yang bisa mencapai 500 miliar dollar pertahun.

Hal inilah yang membuat para penggelut industri kini menggalakan sustainable fashion atau busana yang bisa digunakan terus menerus.

Patrice Fasilitas, Academic Program Head ESMOD Jakarta sadar betul sustainable fashion sudah menjadi gaya hidup saat ini. Karenanya banyak desainer mulai beralih menggunakan aneka bahan ramah lingkungan, teknik pewarna alami, termasuk penempatan label tata cara perawatan kain.

Baca Juga: Jokowi Kenakan Pakaian Adat Sasak NTB di Sidang Tahunan DPR-DPD RI

Desainer mulai beralih pakai aneka bahan ramah lingkungan [Suara.com/Dini]
Desainer mulai beralih pakai aneka bahan ramah lingkungan [Suara.com/Dini]

"Saat ini kami memilih untuk menggunakan serat kain dengan yang berasal dari kayu, sehingga ketika pakaian tersebut sudah tidak dipakai lagi, dapat dengan mudah terurai ke alam. Metode ini juga kami terapkan kepada para siswa melalui kurikulum di sekolah," ungkap Patrice dalam acara peluncuran So Klin White & Bright di Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (16/8/2019).

Tidak hanya dari sisi teknik dan bahan, faktanya dari segi perawatan juga harus didukung agar baju yang dipakai bisa tahan lama, tidak pudar dan merusak kain. Sehingga membuat penggunanya tidak melulu harus beli baju baru.

"Menurut kami, konsumen harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merawat pakaian mereka agar dapat bertahan lama, misalnya perawatan dengan deterjen yang tepat agar warna tetap cemerlang dan menonjol," sambung Patrice.

Sekedar informasi, salah satu yang banyak menjadi limbah fashion ialah kain perca yang hanya dianggap bahan sisa dan tidak ada manfaatnya. Tapi dalam industri kerajinan kreatif ternyata kain perca sangat cocok untuk direproduksi menjadi berbagai produk kreatif yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Di Indonesia sendiri desiner harus menerapkan prinsip zero waste pattern dimana harus mengurangi kain sisa. Misalnya, bahan yang tadinya harus dipotong, dikemas dengan cara yang lebih sederhana dan tidak perlu ada proses pemotongan.

Baca Juga: Cinta Laura Bangga Kenakan Pakaian Kalimantan Timur di JFC

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI