Suara.com - Wisata Sejarah, Komunitas di Depok Rayakan HUT RI dengan Napak Tilas
Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya, wisata sejarah untuk menghargai kebudayaan Indonesia zaman dahulu.
Hal inilah yang dilakukan oleh Komunitas Masyarakat Sipil Kota Depok, Jawa Barat, yang menggelar acara jalan-jalan atau napak tilas sejarah keberagaman Depok tempo doeloe.
"Keberagaman dan toleransi merupakan kekayaan Kota Depok yang patut kita rayakan. Napak tilas ini akan digelar pada Sabtu, 24 Agustus 2019 ini. Masyarakat, terutama kelompok muda, juga diharapkan bisa memahami sejarah Kota Depok yang multikultural dan beragam," kata Koordinator #Depok Beragam, Nor Hiqmah di Depok, kepada Suara.com, Rabu, (14/8/3019).
Baca Juga: Tempat Wisata Sejarah Roma Tak Lagi Boleh Dilewati Bus Wisata
Ia mengatakan napak tilas sejarah ini pesertanya sendiri terbuka untuk umum.
Mereka nanti menelusuri situs-situs bersejarah di Kota Depok, mulai dari Rumah Pondok Cina, Gedung Gemeente Bestuur (Kotapraja) Depok, Paal Gedachtenis Aan Chastelein atau yang lebih dikenal dengan Tugu Chastelin, Rumah Presiden Depok, Depoksch Europesche School, Depoksch Kerk, hingga Stichting Cornelis Chastelein.
"Depok ini banyak tempat sejarah. Karena sejarah mencatat bahwa berita sejarah awal Depok terkait dengan perdagangan Kerajaan Sunda di pedalaman Jawa bagian barat dengan kota bandarnya, Sunda Kelapa," jelas dia.
Lalu sambungnya, perdagangan ini memanfaatkan jalur sungai, yaitu Ciliwung. Depok ini kata dia lagi, berada di bagian tengah Ciliwung dan menjadi tempat transit para pedagang Cina.
"Sebab itu ketika pejabat VOC Cornelis Chastelein membeli tanah di Depok secara bertahap pada tahun 1696, ia (Cornelis Chastelein) telah menemukan kehidupan masyarakat lokal dengan orang-orang Cina," jelasnya.
Baca Juga: Wisata Sejarah di Kampung Batak, Harus ke 4 Lokasi Ini
Kehidupan ini bertambah beragam karena kata dia, Chastelein membawa sekitar 150 pekerjanya yang mayoritas dari Makassar dan Bali.
Sehingga, memulai idenya membangun komunitas pribumi yang religius dan cerdas dalam mengelola kekayaan alam secara.
"Dari sinilah interaksi sosial dan budaya antar kelompok yang berbeda suku, bangsa, dan agama menguat serta menjadikan Depok sebagai kota yang multikultural," ujarnya.
Sementara itu, Sejarawan JJ Rizal menambahkan identitas Depok yang multikultural sebaiknya terus diingat dan dirawat oleh generasi muda.
Kegiatan jalan-jalan sejarah Keberagaman Depok Tempo Doeloe ini dibuat untuk sama-sama pulang ke rumah sejarah, sehingga timbul insyaf tentang Depok yang beragam sejak zaman baheula (dulu).
"Sejarah menunjukkan bahwa keberagaman Kota Depok bukan sekadar ditunjukkan dengan kehadiran orang atau kelompok dari berbagai latar belakang etnis dan agama, tapi juga dari upaya kelompok-kelompok yang berbeda tersebut untuk berbagi nilai terbaik mereka guna membentuk kebudayaan bersama," pungkasnya.
Kontributor : Supriyadi