Dikatakan Abrari, Tradisi toron bagi orang Madura merupakan suatu keharusan apabila bekalnya cukup. seperti memiliki kesempatan waktu untuk pulang, memiliki ongkos atau transport, dan kondisinya dalam keadaan sehat.
"Jadi selagi bisa, mereka pasti pulang ke kampungnya," ungkapnya, kepada suara.com. Minggu, (11/8/2019.
Selain bersilaturahmi, dalam tradisi toron biasanya juga diisi dengan nyekar atau nyalase (datang ke kuburan mendoakan para pendahulu). Biasanya hal ini dilakukan oleh warga madura saat usai melaksanakan sholat Idul Adha.
Mereka bersama anak putunya berbondong-bondong datang ke kuburan untuk mendoakan para almarhum yang telah mendahuluinya dengan harapan para sesepuh yang sudah meninggal dunia mendapatkan belas kasihan dari Allah SWT serta syafaat dari Rasulullah.
Baca Juga: Pak Presiden Ngevlog, Mejeng di Rolls-Royce, dan Selamat Idul Adha!
Sementara Toron Tana atau Turun ke tanah adalah tradisi ritual bagi masyarakat Madura sebagai tanda bahwa seorang bayi sudah dibenarkan dapat menyentuh tanah pertama kali. Biasaya saat bayi berumur 7 bulan atau saat bayi belajar merangkak.
Dalam hal ini biasanya warga madura, mengundang seorang ustadz atau guru ngaji, sanak familinya, dan tetangga sekitar, agar anaknya yang akan memulai menginjakkan kakinya ke bumi dapat disaksikan oleh banyak orang.
"Sebelum itu, ada banyak hal yang perlu disiapkan oleh orang tua, seperti kue, air komkoman (air yang dituangkan kedalam mangkuk, dimana didalamnya terdapat tujuh jenis bunga)," ujar Abe.
Kemudian anak atau bayi yang hendak toron tana dibawa ke hadapan para undangan tepatnya di depan ustadz yang akan memimpin barzanji dan doa. Setelah selesai, kemudian diperlihatkan sejumlah benda-benda yang akan menjadi kebutuhannya sehari-hari kelak, seperti Al-qur'an, tasbih, sisir, cermin, bedak, bolpen, buku, beras, jagung, dan benda-benda lainnya.
Menurut kepercayaan masyarakat, jika anak mengambil Al-Qur’an, maka ketika dewasa dia akan menjadi seorang yang senang membaca atau Al-Qur’an. Jika anak tersebut mengambil beras atau jagung ketika dewasa dia akan menjadi petani yang profisional dan handal.
Baca Juga: Libur Idul Adha 2019, Yuk ke 4 Tempat Wisata di Jakarta Ini
Jika anak tersebut mengambil sisir atau cermin, anak tersebut akan menjadi anak yang suka bersolek. Jika dia mengambil tasbih ketika dewasa dia akan menjadi orang kiyai atau nyai atau orang yang senang berzikir. Dan jika dia mengambil buku atau bolpen, dia akan menjadi seorang yang terpelajar.