Sambut Gerebeg Besar, Keraton Yogyakarta Gelar Numplak Wajik

Jum'at, 09 Agustus 2019 | 21:27 WIB
Sambut Gerebeg Besar, Keraton Yogyakarta Gelar Numplak Wajik
Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem atau upacara Numplak Wajik di Pelataran Kemagangan Kraton Yogyakarta. (Suara.com/Putu Ayu)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sambut Gerebeg Besar, Keraton Yogyakarta Gelar Numplak Wajik.

Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem atau upacara Numplak Wajik di Pelataran Kemagangan Kraton Yogyakarta, Jumat (9/8/2019) sore.

Upacara ini sebagai rangkaian Hajad Dalem Gerebeg Besar peringatan Hari Raya Idul Adha 1440 H ada Senin (12/8/2019) mendatang.

Carik Keraton Yogyakarta, KRT Widyo Condro Ismoyoningrat usai Hajad Dalem menjelaskan, Numplak Wajik merupakan prosesi menumpahkan wajik di badan bakal calon gunungan putri. Prosesi diiringi irama gejog lesung yang ditabuh sejumlah abdi dalem.

Baca Juga: Meriahkan HUT RI, Ice Cream Festival 2019 Hadir di Yogyakarta

"Ini rangkaian tiga hari besar. Untuk saat ini untuk gerebeg besar. Hajad dalem ini sebagai wujud rasa syukur dan penyuwuman (harapan) bagi keraton dan rakyat Ngayogyakarta Hadiningrat supaya diberikan kesejahteraan, kedamaian dan sebagainya.

Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem atau upacara Numplak Wajik di Pelataran Kemagangan Kraton Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem atau upacara Numplak Wajik di Pelataran Kemagangan Kraton Yogyakarta. (Suara.com/Putu Ayu)

Upacara Tumplak Wajik dilakukan di sebuah bangunan yang dinamakan Panti Pareden yang berada di kompleks Magangan Keraton Yogyakarta. Disebut Panti Pareden karena bangsal ini selalu dimanfaatkan untuk membuat redi atau ardi yang berarti gunung, dalam hal ini gunungan untuk keperluan upacara Garebeg Sekaten.

Istilah Tumplak Wajik muncul karena merupakan representasi perempuan yang disimbolkan sebagai Gunungan Putri atau Gunungan Wadon yang dibuat pertama kali sebelum tiga Gunungan Lanang lainnya. Hal itu dilakukan karena di dalam perempuan itulah awal kehidupan atau kesinambungan hidup dimulai.

Diawal dengan doa bersama, para abdi dalem menumplak (menumpahkan) wajik ke dasar Gunungan Wadon. Gunungan itu kemudian diberi mustaka dan dibalut dengan kain atau dibusanani.

Wajik yang terbuat dari ketan dan gula merah ditumplak (ditumpahkan) dari bakul. Kemudian di atasnya diberi kerangka bambu untuk membuat gunungan sebagai simbol menyatunya unsur laki-laki dan perempuan yang menunjukkan kesuburan, harmoni, ketenteraman serta kemakmuran.

Baca Juga: Menikmati Atraksi Cahaya di Pesta Penutupan SUMONAR 2019 Yogyakarta

Abdi Dalem Keparak kemudian membagikan singgul, bedak kuning yang merupakan simbol tolak bala kepada warga yang berdatangan. Pembagian singgul ini mengakhiri prosesi numplak wajik.

"Cikal bakal kehidupan kan wanita, jadi kita wujudkan dalam bentuk wajik," jelasnya.

Dalam kirab gunungan yang dilaksanakan Senin (12/8/21019) besok, Gunungan Wadon akan diarak dibelakang Gunungan Lanang. Dari tiga Gunungan Lanang, satu gunungan dibawa ke Kompleks Kepatihan dan lainnya ke Pakualaman.

"Selain itu ada lima gunungan lain yang akan dibawa ke Masjid Besar Kauman. Lima gunungan tersebut yang nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat," jelasnya.

Sementara Penghageng II Keraton Yogyakarta, Kanjeng Tumenggung Purwodiningrat, menambahkan, proses ini juga sebagai bentuk doa bagi keselamatan dan kesejahteran masyarakat Yogyakarta.

"Ini juga doa untuk keselamatan bangsa," ujarnya.

Salah seorang warga, Sumiyatini (74) mengaku khusus datang ke proses Tumplak Wajik untuk mendapatkan singgul. Sebab singgul diyakini bisa menolak bala dan memberikan kelebihan rejeki.

Banyak warga yang datang lihat Gerebeg Besar dalam acara Numplak Wajik yang digelar Keraton Yogyakarta tersebut. 

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI