Jogja Cross Culture Pukau Pengunjung di Titik Nol

Senin, 05 Agustus 2019 | 02:00 WIB
Jogja Cross Culture Pukau Pengunjung di Titik Nol
Kolaborasi Wayang Ukur milik Maestro Wayang Yogyakarta. (Putu Ayu)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jogja Cross Culture Pukau Pengunjung di Titik Nol.

Jogja Cross Culture (JCC) digelar meriah di Titik Nol Kilometer, Yogyakarta, Sabtu (3/8/2019) malam.

Dalam kegiatan kebudayaan itu, Wayang Ukur dipentaskan di hadapan ribuan pengunjung. Tak kurang dari satu jam kolaborasi Wayang Ukur yang dimiliki oleh Maestro Wayang Ukur Ki Sigit Sukasman menampilkan tata lampu yang atraktif.

Memainkan lakon Kancing Jaya pentas Wayang Ukur ini menceritakan perjalanan hidup Gatotkaca dari lahir sampai menjadi raja di Pringgodani. Tanpa meninggalkan esensinya penampilan Wayang Ukur dilengkapi tokoh Gatotkaca yang muncul di tengah-tengah pertunjukan sebagai penguat cerita.

Baca Juga: Keseruan Lomba Dalang Gaya Solo dan Yogyakarta di Cilandak

Kolaborasi Wayang Ukur milik Maestro Wayang Yogyakarta dengan delapan dalang generasi milenial membuat kawasan plasa Monumen SO1 maret hingga kawasan nol km padat. Pengunjung dengan teratur duduk lesehan hingga tengah jalan.

Pagelaran kali ini mencatatkan sebuah proses fase demi fase penyatuan para dalang. Diawali dengan kegiatan workshop Wayang Ukur, para dalang muda yang awalnya hanya mendengar tentang keunikan Wayang Ukur, kini memiliki kesempatan untuk menyentuh bahkan memainkannya dalam sebuah pementasan.

Bagi dalang-dalang muda, konsep Jogja Cross Culture-lah yang mempertemukan mereka dengan Wayang Ukur. Hal ini merupakan sebuah penghargaan dan pengalaman pertama yang berharga dalam perjalanan pedalangan mereka.

Dalam pembukaan Jogja Cross Culture, Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi memyampaikan, JCC adalah cara menampilkan kekayaan budaya serta kultur-kultur yang ada di kota Jogjakarta dan sekitarnya. Hal-hal yang berkaitan dengan nusantara maupun kultur yang ada di belahan dunia lain, Eropa, Cina, Timur tengah dan sebagainya.

"Hal ini menunjukkan kepada dunia bahwa orang-orang Jogja dalam bergaul, dan bersinggungan dengan budaya dunia mampu membuat hidup satu sama lain," lanjutnya.

Baca Juga: Minim Saksi, Usman Hamid Sebut Polisi Sulit Usut Dalang Kerusuhan 22 Mei

"Bagaimana sebagai manusia jogja dengan seni dan budaya yang bersentuhan dengan dunia yang lain justru mempunyai kekuatan daya tarik dan ekspresi yang menarik. perkawinan seni tradisi budaya lain yang ada di dalam negeri maupun dari luar bisa hadir di sini," tandas Heroe.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI