Revitalisasi Filosofi Sejarah, Beteng Keraton Yogyakarta Ditutup

Senin, 05 Agustus 2019 | 01:00 WIB
Revitalisasi Filosofi Sejarah, Beteng Keraton Yogyakarta Ditutup
Revitalisasi Filosofi Sejarah, Beteng Keraton Yogyakarta Ditutup. (Dok Putu Ayu)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Revitalisasi Filosofi Sejarah, Beteng Keraton Yogyakarta Ditutup.

Pemerintah DIY menutup akses di sisi barat Beteng Keraton Yogyakarta. Penutupan yang dilakukan sejak 31 Juli 2019 lalu itu dilakukan untuk mengembalikan fungsi beteng sesuai filosofinya.

Secara filosofi, hanya ada lima pintu yang menuju ke Keraton Yogyakarta. Yakni Plengkung Nirbaya, Plengkung Tarunasura, Plengkung Jagasura, Plengkung Madyasura dan Plengkung Jagabaya.

Penutupan jalan dilakukan mulai Jalan Nagan Lor menuju ke Jalan Letjend MT Haryono. Akibatnya, pemotor tidak bisa melewati jalan tersebut meski terpasang trafic light.

Baca Juga: Mantan Gubernur DKI Ini Tak Terima Disalahkan Anies Soal Pengelolaan Sampah

"Pemotor harus muter ke jalan lain kalau mau ke Nagan atau ke MT Haryono," ujar salah seorang warga, Zainul, Minggu (4/8/2019).

Zainul berharap, revitalisasi tersebut tidak merugikan warga sekitar. Sebab kawasan tersebut akan ditutup total. Warga di sekitar beteng pun tidak harus direlokasi karena pembangunan.

"Saat ini penutupan belum berpengaruh, tidak tahu besok-besok," ujarnya.

Sementara Sekda DIY, Gatot Saptadi menjelaskan jalan masuk dari MT Haryono ke arah Jalan Nagan Lor sebelumnya tidak ada. Jalan itu merupakan jebolan dari beteng aslinya. Karenanya fungsi dari beteng tersebut dikembalikan sesuai dengan sejarahnya setelah melalui kajian dari sejumlah ahli sejarah yang mengetahui filosofis beteng.

"Kami juga melibatkan referensi sejarah yang ada," jelasnya.

Baca Juga: Sempat Ditunda, MotoGP Ceko Jadi Milik Marc Marquez

Gatot menambahkan, sejumlah warga kemungkinan tidak mengetahui penutupan tersebut meski sudah ada sosialisasi. Mereka harus memutar melalui Alun-alun Kidul atau Ngasem.

Namun Gatot berharap masyarakat bisa memahami kebijakan tersebut sebagai bagian dari revitalisasi area Keraton Yogyakarta. Apalagi ada sejumlah jalur alternatif yang bisa dimanfaatkan menuju Keraton ataupun tempat wisata seperti Alun-alun Kidul, Alun-alun Utara dan Taman Sari.

"Warga diharapkan siap untuk kepentingan revitalisasi filosofi sejarah area keraton," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI