Cara Beda Komunitas Fotografi Hantu Indonesia Berburu Hantu, Berani Ikut?

Sabtu, 03 Agustus 2019 | 08:59 WIB
Cara Beda Komunitas Fotografi Hantu Indonesia Berburu Hantu, Berani Ikut?
Komunitas Fotografi Hantu Indonesia. (Instagram/@official.fhi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komunitas Fotografi Hantu Indonesia, Mematahkan Mitos Gaib yang Berkembang

Hantu, jin dan hal lainnya yang berbau mistis kerap dihindari oleh sebagian orang, karena berbagai alasan. Mulai dari takut, tidak percaya, atau hanya menganggapnya mitos yang berkembang di masyarakat.

Tapi, lain halnya dengan komunitas yang menamakan diri Fotografi Hantu Indonesia (FHI). Seperti namanya, para anggota komunitas FHI menjadikan hantu, jin, dan hal mistis lainnya sebagai objek dari kegiatan fotografi yang mereka lakukan.

Komunitas Fotografi Hantu Indonesia. (Instagram/@official.fhi)
Komunitas Fotografi Hantu Indonesia. (Instagram/@official.fhi)

Salah seorang anggota komunitas, yang juga bertugas menjadi pemegang berbagai arsip FHI, Idham Rizky Sapala, mengungkap pada Suara.com, kegiatan mereka sebenarnya ditujukan untuk mencari kebenaran atas kabar atau mitos yang berkembang di tengah masyarakat, mengenai makhluk-makhluk astral tersebut menggunakan teknologi dan bisa dijelaskan secara ilmiah.

Baca Juga: Gubernur Anies Larang Mobil Tua di Jakarta, Komunitas Mobil Klasik Bersuara

"Jadi, selain kita mencoba untuk membuat genre baru dalam dunia fotografi, kita juga ingin memperlihatkan bahwa hantu itu sebenarnya bisa dijelaskan melalui teknologi, agar masyarakat tidak mudah percaya dengan mitos yang belum tentu kebenarannya," ujar dia.

Komunitas Fotografi Hantu Indonesia. (Instagram/@official.fhi)
Komunitas Fotografi Hantu Indonesia. (Instagram/@official.fhi)

Untuk itu, saat hunting foto di berbagai tempat, kata Idham, komunitas FHI sama sekali tidak menggunakan cara-cara atau ritual khusus yang berbau klenik atau perdukunan untuk memancing makhluk-makhluk astral tersebut menampakkan diri di kamera mereka.

Hal utama, kata dia, tentu saja berdoa dan izin kepada orangtua untuk mengikuti kegiatan hunting bersama komunitas, karena rata-rata mereka memulainya pada tengah malam hingga dini hari.

Komunitas Fotografi Hantu Indonesia. (Instagram/@official.fhi)
Komunitas Fotografi Hantu Indonesia. (Instagram/@official.fhi)

Peralatan dan kemampuan fotografi para anggota juga menjadi hal penting demi tertangkapnya objek-objek mistis dalam sebuah foto.

Umumnya peralatan yang digunakan untuk kegiatan hunting, di antaranya kamera DSLR dan senter.

Baca Juga: Yuk, Gowes Bareng Komunitas Sepeda Serpong

Kedua alat tersebut merupakan atribut wajib di komunitas ini.

Hal yang umumnya dilakukan oleh seluruh pengurus ataupun anggota sebelum memulai hunting itu hanya berdoa dan menjelaskan beberapa hal, seperti settingan kamera yang meliputi speed, pencahayaan, serta pengaturan pada diafragma kamera

Komunitas Fotografi Hantu Indonesia. (Instagram/@official.fhi)
Komunitas Fotografi Hantu Indonesia. (Instagram/@official.fhi)

"Sedangkan untuk bisa sampai tertangkapnya suatu objek dari makhluk halus tersebut kita lakukan dua kali penangkapan gambar melalui kamera yang nanti digunakan sebagai perbandingan. Foto kita ambil secara acak ke berbagai sudut lokasi hunting menggunakan feeling," jelasnya lagi.

Saat ini, komunitas FHI sudah diikuti oleh lebih 200 anggota. Biasanya, mereka akan mengunjungi berbagai kawasan yang memiliki image berhantu atau horor di Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, hingga Bandung.

Seperti bekas pabrik di Bekasi, salah satu gedung di Kuningan, Jakarta, yang disebut memiliki teror suara tangisan, salah satu ruko di daerah Depok yang dikabarkan sering mendapatkan gangguan mistis, Istana Siluman Tangerang Selatan, dan masih banyak lagi.

Dari setiap kegiatan hunting tersebut, kata Idham, tentu saja ada berbagai pengalaman seru dan cerita tak terlupakan yang dialami. Salah satunya saat para anggota komunitas FHI sedang melakukan proses hunting di sebuah lokasi perumahan terbengkalai di Bogor, Jawa Barat.

"Jadi, saat salah satu anggota kami, yang juga Humas FHI, Iib, beserta satu peserta lainnya, masuk ke lokasi hunting, anggota yang berada di Safe Zone memegang handy talkie mendapat jawaban dari handy talkie miliknya. Dia iseng mencoba handy talkie dengan berkata, 'Tes Iib ke safe zone' dan tidak lama kemudian ada jawaban dari handy talkie tersebut yang berucap, 'Iya masuk'," cerita Idham.

Tidak lama, salah seorang anggota yang berada di safe zone menyusul Iib dan peserta lainnya ke dalam lokasi dan bertanya, apakah mereka masuk ke dalam lokasi hunting membawa handy talkie, ternyata tidak.

"Handy talkie semuanya berada di safe zone. Satu dipegang oleh pengurus dan tiganya lagi tergeletak di tanah."

"Pengalaman lainnya juga cukup banyak, seperti suara langkah kaki, geraman seseorang. Hal tersebut cukup umum dirasakan setiap kegiatan hunting berlangsung," ujar dia lagi.

Meski kerap merasakan pengalaman-pengalaman berbau mistis di lokasi, melalui berbagai hasil fotonya, komunitas FHI tetap ingin mematahkan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat akan cerita dari suatu tempat yang diyakini angker dan memiliki unsur gaib.

Mereka pun ingin mengajak khalayak umum yang kebetulan memiliki hobi atau ketertarikan yang sama dalam dunia fotografi untuk turut serta merasakan pengalaman hunting bersama komunitas mereka.

Untuk bergabung dengan komunitas FHI, kata Idham, tidak memiliki syarat khusus.

"Cukup punya kemauan atau minat mempelajari fotografi, minimal ada kamera DSLR, namun jika tidak ada diperbolehkan menggunakan smartphone, serta izin dari orang tua untuk ikut serta," ungkap dia.

Jika ingin mendaftar menjadi peserta, bisa langsung akses ke akun Instagram Fotografi Hantu Indonesia di @official.fhi dan direct message atau menghubungi kontak whatsapp yang tertera di bio Instagram. Yuk, berburu hantu bersama komunitas Fotografi Hantu Indonesia!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI